AS Sampaikan Dukungan Kuat pada Ukraina di Tengah Ketegangan Rusia
Menlu AS membahas potensi tanggapan AS dan Sekutu terhadap pembangunan militer Rusia
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu melanjutkan dukungannya kepada Ukraina ketika Rusia mengumpulkan pasukan di perbatasannya dalam apa yang ditakutkan Barat sebagai tanda-tanda kemungkinan invasi militer.
“Berbicara dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menegaskan kembali dukungan tak tergoyahkan AS untuk kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas wilayah Ukraina dalam menghadapi agresi berkelanjutan Rusia," kata juru bicara kemlu AS Ned Price dalam sebuah pernyataan.
Blinken membahas potensi tanggapan AS dan Sekutu terhadap pengerahan militer Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina dan keterlibatan diplomatik dengan Rusia. Menlu menekankan tidak akan ada percakapan tentang Ukraina tanpa Ukraina," tambah dia.
AS dan sekutu Eropanya telah memperingatkan konsekuensi besar jika Rusia meningkatkan permusuhan terhadap Ukraina dan menyerang negara Eropa timur itu. Moskow terus mengumpulkan pasukannya di perbatasannya dengan Ukraina, tetapi membantah sedang mempersiapkan invasi.
Blinken memperingatkan menjelang pembicaraan penting dengan Rusia bahwa tidak akan ada kemajuan dengan Rusia selama Moskow terus menodongkan senjata ke kepala Ukraina. Delegasi AS dan Rusia yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Wendy Sherman dan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov akan bertemu di Jenewa pada 9 Januari diikuti dengan pertemuan pertama Dewan NATO-Rusia pada 12 Januari untuk pertama kalinya sejak 2014.
Baca: Swiss Larang Tentara Pakai Aplikasi Pesan Asal AS dari Whatsapp Hingga Telegram
Baca: Awalnya Berdalih Mengawasi, Kini AS Malah Bangun Kilang Minyak di Suriah
Rusia merebut dan menduduki Semenanjung Krimea dari Ukraina pada 2014, dan tetap menjadi otoritas de facto di sana. Moskow pada tahun itu mulai mendukung pasukan separatis di Ukraina timur melawan pemerintah pusat, sebuah kebijakan yang telah dipertahankan selama delapan tahun terakhir.
Baca: Bayang-Bayang Kuasa Mantan Presiden di Balik Kekacauan Kazakhstan