Menlu AS tidak Yakin akan Ada Terobosan dalam Perundingan dengan Rusia

AS dan Barat khawatir dengan penumpukan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina

AP/Andrew Harnik/AP Pool
Menteri Luar Negeri Antony Blinken. AS dan Barat khawatir dengan penumpukan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina. Ilustrasi.
Rep: Lintar Satria Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Antony Blinken mengatakan tidak yakin akan ada terobosan dalam perundingan dengan Rusia di Jenewa. Begitu pula dalam pertemuan Dewan NATO-Rusia di Brussel dan kemudian di Organisasi Kerja Sama dan Keamanan Eropa di Wina pekan ini.

AS dan sekutu-sekutu Baratnya sudah berjanji Rusia akan "membayar harga mahal" jika melakukan pergerakan pada Ukraina. AS dan Barat khawatir dengan penumpukan pasukan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina.

"Pertanyaannya sekarang apakah Presiden (Rusia Vladimir) Putin akan mengambil jalur diplomasi dan dialog atau mencari konfrontasi," kata Blinken dalam program This Week di stasiun televisi ABC, Ahad (9/1/2022) kemarin malam.

Ia menambahkan pergerakan Rusia yang semakin dalam mungkin akan menyerang balik kepentingan jangka panjang Moskow. "Apabila Rusia memperbarui agresinya pada Ukraina, saya kira prospek yang sangat adil NATO akan memperkuat posisinya di sepanjang perbatasan timurnya, negara-negara yang berbatasan dengan Rusia,” katanya kepada ABC.

Rusia berpartisipasi dalam perundingan untuk mendapat pemahaman yang lebih jelas mengenai posisi AS. Menurut kantor berita Tass, Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergie Ryabkov mengatakan terdapat sinyal Washington bersedia mendiskusikan tuntutan-tuntutan Rusia.

Ia menekankan Rusia memiliki tiga tuntutan. NATO tidak memperluas ekspansinya ke Eropa Timur lebih jauh, tidak boleh ada rudal di perbatasan Rusia, dan NATO tidak lagi menggelar latihan militer, operasi intelijen dan membangun infrastruktur di luar perbatasan 1997.

Pada Sabtu (8/1/2022) lalu pemerintah AS mengungkapkan keterbukaan pada pembicaran mengenai pembatasan pengerahan rudal ofensif di Ukraina dan membatasi latihan militer AS dan NATO di Eropa Timur jika Rusia bersedia mundur dari Ukraina. Namun mereka tetap memperingatkan akan ada sanksi ekonomi apabila Rusia melakukan intervensi. Termasuk sanksi langsung ke entitas-entitas Rusia dan larangan ekspor produk AS ke Rusia.

Direktur Pusat Kebijakan untuk Keamanan Duta Besar Swiss Thomas Greminger mengatakan perundingan di Jenewa merupakan peluang untuk mengungkapkan kekhawatiran bersama. "Untuk mengungkapkan harapan-harapan bersama. Akan tetapi masih terlalu dini untuk mengharapkan kejelasan, contohnya, mengenai pengajuan Ukraina untuk menjadi anggota NATO," katanya.

"Yang kami lihat terdapat banyak sikap. Saya pikir pada akhirnya, baik Putin maupun (Presiden AS Joe) Biden tidak memiliki ketertarikan untuk mendorong hingga ke eskalasi," tambahnya.

Baca Juga


sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler