Rekor Baru Kasus Covid AS Sebabkan Nakes Positif Tetap Harus Bekerja
RS di AS kebanjiran pasien Covid-19 tapi kekurangan nakes karena harus isolasi.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dwina Agustin, Indira Rezkisari, Antara
Kasus positif Covid-19 di Amerika Serikat (AS) kembali memecahkan rekor baru. Pada Selasa (11/1/2022) waktu Indonesia, Amerika Serikat melaporkan 1,13 juta kasus Covid-19, menurut hitungan Reuters.
Jumlah tersebut merupakan total kasus harian Covid-19 tertinggi dari negara mana pun di dunia saat penyebaran varian Omicron yang sangat menular tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Rekor AS sebelumnya adalah 1,03 juta kasus harian Covid-19 pada 3 Januari 2022.
Sejumlah besar kasus infeksi virus corona dilaporkan setiap Senin (10/1/2022) karena banyak negara bagian di AS tidak melaporkan kasus selama akhir pekan. Rata-rata jumlah kasus baru yang dicatat per tujuh hari meningkat tiga kali lipat dalam dua pekan menjadi lebih dari 700 ribu kasus infeksi baru sehari. Tidak semua negara bagian AS telah melaporkan jumlah kasus Covid-19 hariannya pada Senin dan angka akhir kemungkinan akan lebih tinggi.
Rekor jumlah kasus baru itu terjadi pada hari yang sama saat jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit di AS juga mencapai angka tertinggi sepanjang masa. Yakni naik dua kali lipat dalam tiga minggu, menurut hitungan Reuters.
Saat ini ada lebih dari 135.500 pasien Covid-19 dirawat di rumah sakit di AS. Angka itu melampaui rekor 132.051 yang dicatat pada Januari 2021.
Walaupun varian Omicron tidak menimbulkan gejala yang parah, para petugas kesehatan telah memperingatkan bahwa banyaknya kasus infeksi dapat membebani sistem rumah sakit. Beberapa rumah sakit di AS telah menangguhkan sejumlah prosedur pilihan karena sedang berjuang untuk menangani peningkatan jumlah pasien dan kekurangan staf.
Kenaikan jumlah pasien Covid-19 membuat rumah sakit di seluruh AS mengambil langkah luar biasa untuk menahan kekurangan staf medis. Perawat dan pekerja lain yang terinfeksi virus corona bahkan mendapatkan izin untuk tetap bekerja jika memiliki gejala ringan atau tidak sama sekali.
Otoritas kesehatan California mengumumkan pada akhir pekan bahwa anggota staf rumah sakit yang dites positif tetapi bebas gejala dapat terus bekerja. Beberapa rumah sakit di Rhode Island dan Arizona juga memberi tahu karyawan bahwa mereka dapat tetap bekerja jika tidak memiliki gejala atau hanya gejala ringan.
Pekerja yang terinfeksi akan diminta untuk mengenakan masker N95 ekstra-pelindung dan harus ditugaskan untuk merawat pasien positif Covid-19 lainnya. "Kami tidak meminta panduan ini, dan kami tidak memiliki informasi apakah rumah sakit akan mengadopsi pendekatan ini atau tidak," kata juru bicara Asosiasi Rumah Sakit California Jan Emerson-Shea.
"Tapi yang kami tahu adalah bahwa rumah sakit memperkirakan akan ada lebih banyak pasien dalam beberapa hari mendatang daripada yang dapat mereka rawat dengan sumber daya saat ini," katanya.
Emerson-Shea mengatakan banyak pekerja rumah sakit telah terpapar virus, baik yang sakit atau merawat anggota keluarga yang terkena virus tersebut. Asosiasi Perawat California yang beranggotakan 100 ribu orang menentang keputusan itu dan memperingatkan itu akan menyebabkan lebih banyak infeksi.
Langkah pemberian izin ini merupakan reaksi terhadap kekurangan staf rumah sakit yang parah dan beban kasus yang berat yang disebabkan oleh varian Omicron.
Banyak rumah sakit tidak hanya kebanjiran kasus tetapi juga kekurangan tenaga karena begitu banyak karyawan isolasi karena Covid-19. Pada saat yang sama, Omicron tampaknya menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada varian Delta.
Dignity Health, operator rumah sakit besar di Phoenix mengirim memo kepada anggota staf yang mengatakan mereka yang terinfeksi virus tetapi merasa cukup sehat untuk bekerja dapat meminta izin dari manajer untuk kembali merawat pasien. Rumah sakit Dignity Health di California belum menerapkan pedoman baru tetapi mengatakan mungkin perlu melakukannya dalam beberapa hari dan minggu mendatang.
"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan karyawan kami dapat kembali bekerja dengan aman sambil melindungi pasien dan staf kami dari penularan Covid-19," kata Dignity Health dalam sebuah pernyataan, dilansir dari AP.
Lonjakan kasus Covid-19 di AS telah mengganggu kegiatan sekolah, yang berjuang dengan ketidakhadiran staf, guru, dan pengemudi bus. Chicago membatalkan pembukaan kelas untuk hari keempat karena pemerintah distrik dan guru-guru gagal menyepakati cara untuk menangani peningkatan kasus infeksi.
Kota New York menangguhkan layanan di tiga jalur kereta bawah tanahnya karena sejumlah besar pekerja sakit, menurut akun Twitter layanan kereta bawah tanah New York. Rencana perusahaan untuk para pekerja kembali bekerja ke kantor juga telah meleset.
Jumlah rata-rata korban jiwa akibat Covid-19 menjadi 1.700 per hari. Yaitu naik dari sekitar 1.400 dalam beberapa hari terakhir.
Meski Amerika terus mencatat kenaikan kasus akibat Covid-19, Presiden Joe Biden belum menunjukkan tanda-tanda akan mengubah strategi penanganan virus corona. Pada Jumat (7/1/2022), Presiden Biden mengatakan kenaikan kasus Covid-19 tidak akan menjadi bagian dari new normal.
"Covid, seperti yang kita hadapi sekarang, tidak akan bertahan," kata Biden kepada jurnalis di Gedung Putih. Pernyataan Biden keluar setelah enam mantan penasehat kesehatannya mengeluarkan artikel mengatakan Amerika perlu mengubah strategi penanganan Covid-19 dan menyesuaikan dengan ide kalau hidup berdampingan dengan virus corona bukan bagian dari new normal.
"Kita akan bisa mengendalikan ini. New normal ini tidak akan seperti apa yang sudah saat ini. Ini akan lebih baik," ujar Biden, dikutip dari Bloomberg.
Data WHO mencatat kenaikan kasus Covid-19 secara global telah meningkat 71 persen di sepekan terakhir. Khusus di Amerika kenaikannya hingga 100 persen. Dari seluruh kasus parah di dunia, sebanyak 90 persen di antaranya terjadi pada pasien yang belum divaksinasi.
"Sementara Omicron tampak lebih ringan dari Delta, terutama ke mereka yang belum divaksin, tidak berarti Omicron bisa dikategorikan sebagai bergejala ringan," ujar Kepala WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari BBC. Buktinya kata Tedros, Omicron juga menyebabkan penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan menimbulkan kematian.
Faktanya, tsunami kasus Omicron sangat besar dan cepat. "Akibatnya menyebabkan sistem kesehatan di seluruh dunia kewalahan," katanya lagi.