Tak Digaji Berbulan-bulan, Dubes Afghanistan untuk China Pilih Mundur
Dubes Afghanistan mengaku tak digaji sejak Agustus lalu.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Duta Besar Afghanistan untuk China Javid Ahmad Qaem mundur dari jabatannya pada awal Januari ini setelah tidak digaji Pemerintah Taliban selama berbulan-bulan. Di media sosial Twitter ia mengaku tidak menerima haknya sejak bulan Agustus lalu.
Dalam surat pengunduran diri yang ia unggah di Twitter, Selasa (11/1/2022) Qaem mengatakan sebagian besar diplomat di kedutaannya sudah meninggalkan pekerjaan mereka. Di surat yang bertanggal 1 Januari itu mengatakan sejak pertengahan tahun lalu stafnya sudah tidak menerima gaji dari Kabul. "Terdapat banyak alasan, pribadi maupun profesional, tapi saya tidak ingin menyinggungnya di sini," kata Qaem.
China berbatasan dengan Afghanistan. Beijing telah mengirimkan batnuan kemanusiaan ke negara sejak Taliban kembali berkuasa bulan Agustus lalu. Dalam suratnya Qaem mengatakan sudah ada orang baru yang ditunjuk bertanggung jawab di kedutaan.
Ia hanya menyebut orang tersebut bernama Pak Sadaat. Kementerian Luar Negeri Afghanistan belum merespons permintaan untuk komentar mengenai siapa pengganti Qaem.
Dalam konferensi pers harian juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin hanya mengatakan Qaem sudah meninggalkan China. Ia tidak menyebutkan kapan dan kemana Qaem pergi.
Masyarakat internasional termasuk China tidak mengakui pemerintah Taliban secara sah. Sanksi-sanksi ketat telah melumpuhkan keuangan publik negara itu.
Naiknya Taliban ke tampuk kekuasaan meninggalkan ribuan diplomat Afghanistan di luar negeri kebingungan, khawatir dengan nasib keluarga mereka di kampung halaman dan berusaha keras mengamankan pengungsi di luar negeri.
Dalam suratnya Qaem mengatakan hingga 1 Januari rekening akun Kedutaan Besar Afghanistan di China sebesar 100 ribu dolar AS serta sejumlah simpanan yang tidak disebutkan jumlahnya. Di surat itu Qaem menambahkan ia meninggalkan lima kunci mobil di kantornya dan dua mobil harus dibuang.
"Saya sudah membayar semua staf lokal hingga 20 Januari 2022, pekerjaan mereka sudah selesai," katanya.
Sejak Agustus lalu China sudah meminta Taliban untuk mengambil kebijakan moderat. Sementara mendorong mereka untuk menyingkirkan semua kelompok di perbatasan dengan Xinjiang. Beijing juga meminta negara-negara Barat untuk mencabut sanksi mereka ke Afghanistan dan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke negara itu.
Baca juga : AS Bergeming Hadapi Sanksi China