Klaim Anies Banjir Cepat Hilang dan 93 RT yang Masih Tergenang
Anies mengatakan penanganan banjir di Ibu Kota dilakukan secara senyap.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Zainur Mahsir Ramadhan
Hujan yang melanda wilayah DKI Jakarta beberapa hari terakhir mengakibatkan sejumlah titik tergenang dan banjir. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan namun mengeklaim penanganan banjir di Ibu Kota beberapa hari terakhir dilakukan dengan kerja cepat dan senyap atas izin Allah SWT.
"Jakarta dilanda hujan ekstrem tapi bisa ditangani cepat. Kenapa? Atas izin Allah, kerja sistematis dan kerja cepat itu membuatkan hasil," kata Anies melalui akun @aniesbaswedan di Jakarta, Rabu (19/1/2022).
Anies juga mengungkapkan penanganan banjir di Ibu Kota oleh jajarannya dilakukan secara senyap dan tuntas. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengungkapkan banjir di sejumlah wilayah Ibu Kota pada Selasa (18/1/2022) akibat hujan dengan intensitas ekstrem.
Anies mencatat curah hujan di Kemayoran saat itu mencapai 204 milimeter, di Teluk Gong 193 mm, di Pulomas 177 mm, dan Kelapa Gading 163 mm. "Curah hujan di atas 150 mm adalah kondisi ekstrem. Kapasitas drainase di Jakarta berkisar antara 50-100 mm. Bila terjadi hujan di atas 100 mm per hari, pasti akan terjadi genangan banjir di Jakarta," katanya.
Gubernur DKI ini menambahkan akibat hujan ekstrem hingga terjadi banjir maka prioritas Pemprov DKI Jakarta adalah memastikan warga aman dan tak ada korban jiwa. Selain itu, lanjut dia, memastikan semua usaha pompa dikerjakan agar banjir bisa surut dalam waktu maksimal enam jam setelah hujan berhenti.
"Alhamdulillah, berkat kesiapan dan tanggapnya jajaran Pemprov DKI sebagian besar titik banjir kemarin sudah surut di hari yang sama," katanya. Anies menyebut lebih dari 100 pompa bergerak diaktifkan dan belasan truk pemadam kebakaran diturunkan dan sebanyak 480 pompa stasioner juga dalam posisi siap.
"Surut cepat karena semua sumber daya dikerahkan. Itulah kerja jajaran DKI, senyap dan tuntas," katanya.
DKI Jakarta namun dinilai belum siap mengantisipasi banjir. Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengatakan, dengan adanya banjir dan genangan yang terjadi dalam dua hari berturut-turut, menunjukkan DKI belum siap mengantisipasi banjir. Curah hujan ekstrim dinilainya tidak bisa menjadi alasan terus menerus.
“Padahal curah hujan yang cenderung tinggi menjelang puncak musim hujan di akhir Januari dan awal Februari, sudah bisa diprediksi,” kata Nirwono kepada Republika, Rabu (19/1/2022).
Dia mengatakan, dengan adanya banjir di DKI saat ini, juga menunjukkan DKI yang masih buruk dari segi pengelolaan sistem saluran air atau drainase kota. Sehingga, kata dia Pemprov DKI perlu melakukan rehabilitasi besar-besaran, selain dari memperbesar dimensi yang terhubung dengan situ, danau, embung atau waduk (SDEW) guna menampung limpahan air saluran.
“SDEW juga harus direvitalisasi, dikeruk, diperdalam dan diperluas untuk meningkatkan daya tampung air hujan dan limpasan dari saluran air sekitar,” tuturnya. Tak sampai di sana, Pemprov DKI juga dinilainya harus membenahi semua sungai yang masih kerap kali meluap dan menggenangi pemukiman sekitar. Termasuk, daerah kawasan pesisir guna mengatasi banjir Rob.
Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi, menyoroti banyaknya Jakarta yang masih belum bebas banjir. Ia menilai Pemprov tidak mengutamakan normalisasi dan naturalisasi. “Apa yang dibuat oleh Gubernur hari ini, perencanaan sumur resapan ini tidak ada gunanya,” kata Prasetyo kepada awak media.
Dia meminta Anies bisa merampungkan normalisasi, alih-alih dari program yang dianggap tidak bermanfaat. Jika normalisasi kurang, katanya, perlu diperbaiki lebih serius dan ditinjau untuk selanjutnya dibereskan.
“Bukan semata-mata tiba-tiba ujug-ujug ada sumur resapan. Ini tidak ada gunanya buat masyarakat Jakarta,” tuturnya.
Dia menilai, karena normalisasi atau naturalisasi yang tidak dikerjakan dengan serius, banjir dan genangan terus terjadi di DKI. Terlebih, ketika hujan sejak Selasa kemarin dinilainya kecil, namun tetap berdampak terjadinya genangan di banyak titik.
“Udah nggak karu-karuan. Fokuslah sama kerjaan, sayang anggaran besar kalau hasilnya tetap banjir,” ucapnya.
Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta M Insyaf menyebutkan per data hari ini hingga pukul 12.00 WIB, tercatat masih ada 93 rukun tetangga (RT) di Jakarta Barat dan Jakarta Utara terkena banjir dengan ketinggian 40 hingga 100 sentimeter (cm). Ia merinci di Jakarta Barat total terdapat 73 RT yakni di Kelurahan Tegal Alur dengan ketinggian 40-100 cm, dengan jumlah 34 RT yang disebabkan curah hujan tinggi, rob dan luapan Kali Semongol.
Kemudian, Kelurahan Kamal di 12 RT dengan ketinggian air 40-50 cm akibat curah hujan tinggi, rob dan luapan Kali Semongol. Selanjutnya Kelurahan Cengkareng Barat dengan ketinggian air 50-80 cm menimpa 19 RT akibat hujan tinggi, rob dan di Kelurahan Kapuk di delapan RT dengan ketinggian 50 cm karena curah hujan tinggi.
Sedangkan di Jakarta Utara terdapat 20 RT terdiri dari Kelurahan Penjaringan dengan ketinggian 40-80 cm, dengan jumlah 11 RT akibat curah hujan tinggi dan rob. Selain itu, di Kelurahan Cilincing ketinggian 60 cm di sembilan RT akibat curah hujan tinggi dan luapan Kali Begog dan ada satu ruas jalan tergenang dengan ketinggian sekitar 40 cm. "Kondisi genangan sedang ditangani oleh DSDA, Damkar dan PPSU Kelurahan ditargetkan akan surut dalam waktu cepat," katanya.
Data BPBD DKI Jakarta mencatat banjir mengakibatkan 815 warga Jakarta Barat mengungsi di sejumlah kelurahan akibat rumahnya terdampak banjir dengan ketinggian air hingga 100 sentimeter (cm) atau satu meter. "Informasi genangan saat ini ada di 64 RT (di Jakarta Barat)," kata Insyaf.
Dari 815 jiwa pengungsi itu, sebanyak 234 Kepala Keluarga (KK) atau 743 jiwa adalah warga yang terdampak banjir di Kelurahan Tegal Alur. Mereka mengungsi di 11 lokasi, yakni di Rusunawa Binaan Tegal Alur, Mushala Al-Hidayah, Belakang Bubur Olo-Olo, RPTRA Alur Anggrek dan Masjid Darurohman.Selain itu, di Majlis Taklim Al-Hikmah, RPTRA Kemuning, Majlis Taklim Durrotul Abiddin, Mushala Al-Ikhlas, Masjid Nurul Hidayat dan Majelis Nurul Husna.
Ia mengungkapkan ketinggian air mencapai 40-100 sentimeter di 31 RT. "Penyebabnya curah hujan tinggi, rob dan luapan Kali Semongol," ucapnya.
Kemudian di Kelurahan Kamal dan Kelurahan Cengkareng Barat juga tercatat ada warga yang mengungsi. Jumlah pengungsi di dua kelurahan itu mencapai 22 KK atau 72 jiwa yang mengungsi di Mushala Al-Hidayah RT 07 RW 10.
Saat ini kawasan Jalan Kamal Raya, Tegal Alur, Cengkareng Barat, masih tergenang air dengan ketinggian 15 sampai 20 sentimeter (cm) pasca hujan deras di kawasan tersebut pada Rabu, pukul 05.00 WIB dini hari. Pantauan di lokasi, menyebutkan, hampir 200 meter Jalan Raya di lokasi tersebut masih terendam air pada pukul 14.58 WIB.
Kendaraan yang lalu-lalang di lokasi tersebut pun harus memperlambat lajunya kala melewati kubangan air.Karena kondisi tersebut, kemacetan hampir sepanjang dua kilometer pun terjadi di lokasi tersebut. Di lokasi juga tampak warga setempat yang membantu mengarahkan kendaraan yang melewati kubangan agar tidak jeblos ke dalam parit atau selokan.
Warga setempat bahkan turut membantu mendorong kendaraan roda dua yang mogok di tengah genangan air. Di sepanjang jalan , tampak pula gang kecil menuju permukiman warga yang juga terendam banjir. Air menggenangi gang warga hingga mencapai ketinggian 20 cm.
Selain permukiman warga, air juga merendam jalan masuk ke dalam pabrik di sepanjang Jalan Raya Kamal. Salah satu warga di lokasi, Ahmad mengatakan genangan tidak kunjung surut sejak hujan turun pada pukul 05.00 WIB. Bahkan, genangan sempat meninggi hingga 30 cm dan hampir masuk ke beberapa toko di pinggir jalan.
"Kalau tadi pagi tinggi sekali, sampai mau masuk parkiran toko. Sekarang sih sudah surut," kata Ahmad.
Ahmad mengatakan peristiwa seperti ini jarang terjadi di wilayah Jalan Kamal Raya. Biasanya, lanjut dia, genangan akan cepat surut beberapa jam setelah hujan deras selesai. "Tapi, sampai sekarang belum surut benar. Biasanya cepat surut," jelas dia.