Taubat dan Istighfar tidak Sama, Apa Perbedaan Keduanya?
Taubat dan istighfar dalah dua hal yang berbeda
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Taubat dan istighfar seringkali terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Apakah keduanya dua hal yang sama?
Anggota komite dakwah Al Azhar Mesir, Dr Ramadhan Abdul Rozaq menjelaskan tentang perbedaan antara taubat dan istighfar.
Dia menjelaskan bahwa istighfar itu membuang dosa. Sedang adapun taubat itu menjadi yang terbebas dosa.
Syekh Ramadhan mencontohkan dengan analogi baju putih yang berdebu dan kotor. Apakah cukup dengan memberikan parfum dan menyetrikanya? Tentu tidak.
Kita tentunya akan mencucinya terlebih dulu. Sebagaimana mencuci baju dari debu dan dari kotoran, seperti itulah istighfar. Kemudian memberikan wewangian dan menyetrikanya maka itulah taubat.
Syekh Ramadhan menukil keterangan Imam Abu Hamid Al Ghazali bahwa taubat itu ilmu, situasi, dan amal.
Maka taubat adalah ilmu tentang meninggalkan dosa. Dan sesungguhnya dosa itu menjadi hijab antara hamba dengan Tuhannya. Sebagaimana firman Allah SWT:
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS Al Mutafifin ayat 14).
Syekh Ramadhan menjelaskan bahwa seketika ilmu itu lahir dari penyesalan atau perasaan bersalah dari sesuatu yang dikerjakan manusia.
Adapun situasi atau keadaan itu akan mendatangkan amal. Yaitu menjauhi dari dosa dan bertekad atasnya bahwa tidak mengulanginya dan memperbanyak perbuatan baik. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat (QS Surat Hud 114).
Syekh Ramadhan mengutip ayat-ayat yang menjelaskan tentang ampunan Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS Zumar ayat 53)
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang (QS An Nisa ayat 110).