Masih Keturunan Omicron, Mengapa BA.2 Sampai Disebut Varian Siluman?
BA.2 yang dijuluki varian siluman telah ditemukan setidaknya di 40 negara.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan dan pejabat kesehatan di seluruh dunia sedang mengawasi keturunan terbaru varian omicron yang telah ditemukan setidaknya di 40 negara, termasuk Amerika Serikat. Versi yang disebut BA.2 itu bahkan sampai dijuluki "varian siluman" alias stealth variant.
Mengapa begitu? BA.2 secara luas dianggap lebih tersembunyi daripada versi asli omicron.
Sifat genetik tertentu membuatnya agak sulit untuk dibedakan dengan cepat dari delta melalui tes PCR karena apa yang dikenal sebagai "kegagalan target gen S (S gene target failure)". BA.2 tidak memiliki kekhasan genetik yang sama dengan omicron awal hingga bisa terlihat seperti delta pada pengujian.
"Bukannya tes PCR tidak mendeteksinya, hanya saja BA.2 tidak terlihat seperti omicron. Jangan sampai kesannya 'siluman omicron' itu artinya kita tidak bisa mendeteksinya. Semua tes PCR kita masih bisa mendeteksinya," kata dr Wesley Long selaku ahli patologi di Houston Methodist Texas, Amerika Serikat, yang telah mengidentifikasi tiga kasus BA.2, dilansir AP, Rabu (26/1/2022).
Beberapa ilmuwan khawatir varian ini juga bisa lebih menular. Di sisi lain, mereka mengatakan, masih banyak yang belum diketahui tentang hal itu. Kemungkinan varian ini lebih kebal terhadap vaksin atau dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah juga masih menjadi tanda tanya.
Sejak pertengahan November 2021, lebih dari 30 negara telah mengunggah hampir 15 ribu sekuens genetik BA.2 ke GISAID, platform global untuk berbagi data virus corona. Hingga Selasa (25/1/2022) pagi, 96 dari kasus yang diurutkan itu berasal dari Amerika Serikat.
"Sejauh ini, kami belum melihatnya mulai berkembang di AS," ungkap dr Long.
Varian BA.2 muncul jauh lebih umum di Asia dan Eropa. Menurut Statens Serum Institut yang berada di bawah Kementerian Kesehatan Denmark, 45 persen kasus Covid-19 di negaranya pada pertengahan Januari 2022 didominasi varian ini. Angkanya naik 20 persen dibandingkan dua pekan sebelumnya.
BA.2 memiliki banyak mutasi. Sekitar 20 di antaranya dalam protein lonjakan yang menempel di bagian luar virus ketika dibandingkan dengan omicron asli.
BA.2 juga memiliki perubahan genetik tambahan yang tidak terlihat pada versi awal. Tidak jelas seberapa signifikan mutasi tersebut, terutama pada populasi yang telah diusik omicron asli.
Untuk saat ini, versi asli, yang dikenal sebagai BA.1 dan BA.2, dianggap sebagai bagian himpunan dari omicron. Para pemimpin kesehatan global dapat memberikannya nama abjad Yunani sendiri jika itu dianggap sebagai varian perhatian yang signifikan secara global.
Penyebaran cepat BA.2 di beberapa tempat menimbulkan kekhawatiran bahwa insidennya bisa melonjak tajam. Dr Long menyebut, ada beberapa indikasi bahwa itu mungkin sama menularnya atau mungkin sedikit lebih menular daripada omicron versi awal karena mampu bersaing dengannya di beberapa area.
"Tapi kita belum tentu tahu mengapa begitu," kata dr Long.
Analisis awal oleh para ilmuwan di Denmark menunjukkan, tidak ada perbedaan rawat inap untuk BA.2 dibandingkan dengan omicron asli. Para ilmuwan di sana masih menyelidiki tingkat penularan versi ini dan seberapa baik vaksin saat ini bekerja melawannya. Juga tidak jelas seberapa baik perawatan akan bekerja mengatasi infeksinya.
Dokter juga belum tahu pasti apakah seseorang yang sudah terjangkit Covid-19 yang disebabkan oleh omicron bisa sakit lagi oleh BA.2. Akan tetapi , mereka berharap bahwa infeksi omicron sebelumnya dapat mengurangi keparahan gejala jika seseorang kemudian tertular BA.2.
"Kedua versi omicron memiliki cukup kesamaan sehingga kemungkinan infeksi dengan mutan asli akan memberi penyintas perlindungan silang terhadap BA.2," kata ahli penyakit menular di Brigham and Women's Hospital, dr Daniel Kuritzkes.
Para ilmuwan akan melakukan tes untuk melihat apakah antibodi dari infeksi dengan omicron asli mampu menetralkan BA.2 di laboratorium. Mereka kemudian akan mengekstrapolasi dari sana.
Untuk mencegah tertular, dokter menyarankan tindakan pencegahan yang sama seperti yang telah dilakukan selama ini. Segera vaksinasi dan ikuti protokol kesehatan, seperti mengenakan masker, menghindari keramaian, dan tetap di rumah jika sakit.
"Vaksin masih memberikan pertahanan yang baik mencegah gejala parah, rawat inap, dan kematian. Bahkan, penyintas yang sudah mendapatkan antibodi akan mendapatkan antibodi yang lebih kuat, lebih tahan lama dengan divaksinasi," kata dr Long.