Menjadi Pemuka Agama Islam di Militer Amerika

Kisah Menjadi Pemuka Agama Islam di Militer Amerika

chronicle.augusta.com
Kolonel Khallid Shabazz saat berseragam dinas
Rep: Umar Mukhtar Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Perwira Angkatan Darat Amerika Serikat Khallid Shabazz adalah salah satu dari sebagian kecil pemuka agama di militer Amerika yang beragama Islam. Kolonel Shabazz juga merupakan pemuka agama Muslim tingkat tertinggi di militer AS.

Baca Juga


Namun sebelum itu Shabazz telah menghadapi banyak kesulitan dalam hidupnya. Pemuka agama sendiri berperan melakukan pelayanan keagamaan dan memberikan bantuan dan bimbingan kepada orang-orang.

Shabazz menjabat sebagai pendeta komando untuk Pusat Angkatan Darat AS, komando yang bertanggung jawab atas operasi darat di Timur Tengah. Dengan posisinya sebagai kolonel, Shabazz kini bertanggung jawab atas puluhan ribu tentara dan mengawasi pendeta lainnya. Seperti semua pendeta militer, dia harus siap menghadapi tentara dari semua agama.

"Mayoritas pekerjaan saya adalah konseling tentang masalah rumah tangga atau” jenis kesulitan lainnya “dan hanya satu persen dari pekerjaan saya adalah konseling agama yang sebenarnya," jelas Shabazz, seperti dilansir VOA News, Selasa (1/2).

Namun, untuk lebih memahami tentara Kristen yang merupakan mayoritas militer, Shabazz terus belajar agama Kristen. Ia bahkan mendapat gelar doktor dalam teologi Kristen dari North Texas Theological Seminary.

Shabazz sendiri menjadi seorang Muslim saat muda. Dia percaya pengalamannya dengan kedua agama telah membantu membuatnya menjadi pendeta yang lebih baik. Shabazz telah sukses meskipun masa-masa sulit di masa lalu.

 

 

Sebagai seorang anak, Shabazz dilecehkan secara seksual oleh seorang teman keluarga. Menurutnya ini adalah pengalaman yang membuatnya menjadi seorang pemuda yang marah.

Saat pertama kali kuliah, dia berteman dengan orang yang salah. Ia mulai minum alkohol dan berpesta dan sering menemukan dirinya dalam perselisihan kekerasan. Selama salah satu perkelahian mabuk inilah dia dipukuli dan ditembak di punggung. 

Dia selamat tetapi memutuskan untuk menunda studinya. Dia kembali ke Louisiana, negara bagian asalnya. Satu-satunya pekerjaan yang bisa dia temukan adalah sebagai pembersih di sebuah toko besar. Dengan sedikit pilihan yang tersedia baginya, Shabazz bergabung dengan militer.

Di sanalah dia pertama kali membaca The Autobiography of Malcolm X. "Saya menemukan banyak hal untuk menginspirasi saya dalam kisahnya. Saya ingin dididik dan membela sesuatu yang lebih besar dari diri saya sendiri. Jadi saya memutuskan untuk menjadi seperti Malcolm," ujarnya. 

Identitas baru Shabazz sebagai seorang Muslim muncul di awal tahun 1990-an. Perubahan itu tidak diterima dengan baik oleh semua orang. Dia menghadapi diskriminasi dari tentara lain dan ketidaksenangan keluarga Kristennya. Dia siap mundur dari militer.

Kemudian dia bertemu dengan seorang pendeta Angkatan Darat. Perwira itu membujuk Shabazz tidak hanya untuk tetap menjadi tentara tetapi juga menjadi seorang pemuka agama Islam. Shabazz menjadi pemuka agama Islam pada 1998, setelah belajar bahasa Arab di Yordania selama perjalanannya. Dia juga meraih dua gelar master di universitas di Connecticut dan California.

 

Shabazz mengatakan ada lima pemuka agama Muslim di ketentaraan, tiga di Angkatan Udara, dan satu di Angkatan Laut. Shabazz menambahkan ada lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Tidak seperti agama lain, kata Shabazz, dia belum pernah bertemu asisten pemuka agama Islam yang bertugas membantu pendeta dalam pekerjaan mereka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler