Semua Rumah Sakit di Jabar Diminta Siaga 1 Hadapi Omicron

Penerapan status siaga 1 RS ini khususnya di aglomerasi Bodebek dan Bandung Raya.

Republika/Thoudy Badai
Pasien menunggu hasil screening Covid-19 sebelum dipindahkan ke ruang isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasbullah Abdulmajid, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/2/2022). Tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Bekasi mencapai 41 persen seiring dengan kasus aktif mencapai 5.853 kasus pada Jumat (4/2/2022) yang tersebar di 56 Kelurahan di Kota Bekasi, Jawa Barat. Republika/Thoudy Badai
Rep: Arie Lukihardianti Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta semua rumah sakit untuk siaga 1. Kondisi ini mengingat tingkat keterisian kamar atau Bed Occupancy Rate (BOR) oleh pasien Covid-19 kini sudah meningkat.


"Saya sudah perintahkan semua rumah sakit siaga 1 karena BOR meningkat," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Jumat (4/2).

Emil mengatakan, status siaga 1 tersebut harus ditunjukkan dengan penambahan kasur atau ruang pasien, ketersediaan tabung oksigen hingga obat-obatan. "Bed ditingkatkan, oksigen disiapkan plus treatment-nya," katanya.

Menurutnya, penerapan status siaga 1 rumah sakit ini khususnya di wilayah aglomerasi Bodebek dan Bandung Raya. Diketahui di dua wilayah tersebut terjadi lonjakan kasus cukup signifikan yang kemungkinan oleh varian Omicron.

"Jadi kita mendorong aglomerasi ini rumah sakitnya agar bersiap-siap. Itu berulang-ulang dari dulu Covid-19 ngumpulnya disitu," kata Emil.

Covid-19 varian Omicron diketahu memiliki daya tular yang cukup cepat. Di Indonesia varian ini tingkat fatalitasnya lebih rendah dari varian Delta. Terlebih menyerang kepada orang yang sudah divaksin lengkap. Rata-rata pasien sembuh dalam waktu 3-4 hari.

"Omicron itu seperti kata Pak Menkes cepat menular tapi juga cepat sembuh, 3 sampai 4 hari biasanya sembuh," kata Emil.

Untuk itu, kata dia, bagi masyarakat yang terkonfirmasi varian Omicron namun bergejala kecil, agar diisolasi di rumah masing-masing dengan pengawasan dan obat-obatan yang cukup. Sebab, perawatan di rumah sakit hanya bagi pasien yang berejala berat seperti demam, flu, batuk, saturasi rendah dan punya komorbid. Perawatan di luar rumah sakit ini akan berdampak baik pada BOR.

"Jadi kalau gejalanya kecil terus ingin dirawat di rumah sakit nanti menaikkan BOR. Rumah sakit itu untuk yang gejala berat, komorbid dan saturasi rendah, di luar itu dirumah saja dengan disiapkan vitamin, obat dan pengawasan," katanya.

Emil meminta, masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan dalam segala aktivitas. Pandemi Covid-19 hingga saat ini belum diketahui kapan akan berakhir.

"Prokes tidak boleh diabaikan supaya kita jangan kalah oleh pandemi yang datang silih berganti dan belum selesai," katanya.

Meski di Indonesia belum menampakkan fatalitasnya, kata dia, namun di sejumlah negara seperti Australia tingkat kematian akibat varian omicron cukup mengkhawatirkan. Kewaspadaan tetap diperlukan dan tak boleh menganggap enteng, terutama bagi lansia dan kelompok rentan atau punya komorbid. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
 
Berita Terpopuler