Belasan Siswa Terpapar, Sekolah di Bantul Hentikan PTM
Penurunan kapasitas PTM jadi 50 persen agar tidak terjadi kerumunan di sekolah.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 yang ditemukan disaat pembelajaran tatap muka (PTM) berlangsung di DIY terus bertambah. Belasan siswa di SMA Negeri 2 Kabupaten Bantul ditemukan positif Covid-19, setelah sebelumnya juga muncul klaster sekolah di Kabupaten Sleman.
Kepala Balai Pendidikan Menengah (Balai Dikmen) Kabupaten Bantul, Ismunardi mengatakan, setidaknya sudah ditemukan 17 siswa yang positif Covid-19 di SMA N 2 Bantul. Kegiatan PTM yang semula dilakukan 100 persen pun dihentikan di sekolah tersebut.
Hal ini dilakukan agar penyebaran Covid-19 tidak semakin meluas di lingkungan sekolah. Pasalnya, sebagian besar kasus positif yang ditemukan di sekolah tersebut tidak mengalami gejala, dan hanya beberapa yang mengalami gejala ringan.
Hingga saat ini, tracing (pelacakan) pun masih terus dilakukan kepada siswa lainnya maupun guru yang memiliki kontak dengan kasus positif. Dimungkinkan, kasus Covid-19 masih dapat terus bertambah.
"Sementara (sekolah) ditutup, sampai dengan hari (kapan ditutup) menunggu kebijakan lebih lanjut karena kita masih dalam proses, kan ada tracing," kata Ismunardi.
Tracing lanjutan sudah dilakukan pada Rabu (2/2) kemarin terhadap beberapa siswa dan guru yang memiliki kontak erat dengan kasus positif. Hingga saat ini, pihaknya masih menunggu hasil tracing yang dilakukan oleh puskesmas setempat.
Menyusul ditemukannya belasan kasus positif ini selama PTM berlangsung, pihaknya juga sudah menjalankan kebijakan untuk menurunkan kapasitas PTM di sekolah yang ada di Bantul. Namun, kata Ismunardi, ada beberapa sekolah yang masih menerapkan PTM 100 persen.
"Kita PTM 50 persen sekarang, kalau anaknya (dalam satu kelas) hanya tujuh orang ya masuk semua (jadi 100 persen). Tapi kalau siswanya di atas 200 orang, memang (diterapkan PTM) 50 persen," jelasnya.
Ismunardi pun meminta agar sekolah mengawasi dengan ketat pelaksanaan protokol kesehatan (prokes) selama PTM berlangsung. Jika ada siswa maupun tenaga didik yang terindikasi gejala Covid-19, katanya, diminta untuk tidak datang ke sekolah dan segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
"Kalau ada hal-hal yang mencurigakan (ada gejala Covid-19) dari anak-anak, guru dan karyawan, segera komunikasi dengan satgas setempat," ujar Ismunardi.
Pemerintah Daerah (Pemda) DIY sendiri sudah melakukan evaluasi dengan menurunkan kapasitas PTM menjadi 50 persen dan dilakukan pengurangan jam pelajaran di sekolah sejak Rabu (2/2). Penurunan kapasitas ini dilakukan mengingat kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di DIY terus menunjukkan kenaikan dan munculnya klaster sekolah.
"Prinsipnya, sehubungan dengan meningkatnya kasus Covid-19 pada peserta didik, Dinas Pendidikan DIY akan mengevaluasi PTM kemungkinan dengan pemberlakuan 50 persen," kata Kepala Bagian Biro Umum Humas dan Protokol Setda DIY, Ditya Nanaryo Aji.
Meskipun begitu, untuk sekolah yang mampu mengoptimalkan jarak antar siswa di dalam kelas tetap diperbolehkan untuk menjalankan PTM 100 persen. Namun, tetap dengan prokes yang ketat dan disiplin.
"Hasil evaluasi PTM yang sudah dilakukan titik rawan penyebaran Covid-19 ada pada ruangan kelas yang kesulitan untuk menerapkan prokes jaga jarak, penerapan disiplin memakai masker dan timbulnya kerumunan di area parkir pada jam kedatangan dan kepulangan," jelasnya.
Selain itu, di Kota Yogyakarta juga sudah mulai menjalankan PTM dengan kapasitas 50 persen. Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Budi Santosa Asrori mengatakan, penurunan kapasitas PTM ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya klaster Covid-19 di lingkungan sekolah.
Beberapa kasus positif di sekolah sudah ditemukan di Kota Yogyakarta dari screening yang dilakukan. Meskipun begitu, kasus yang ditemukan di sekolah tersebut belum dapat dikatakan sebagai klaster baru dikarenakan penyebarannya tidak meluas.
"Perlu ada langkah-langkah agar jangan sampai terjadi hal yang tidak kita inginkan atau pun klaster Covid-19 di tingkat sekolah baik SD, SMP maupun SMA/SMK. Ini kebijakan yang dilaksanakan bersama-sama di seluruh DIY," kata Budi.
Budi menyebut, penurunan kapasitas PTM menjadi 50 persen juga dilakukan agar tidak terjadi kerumunan di sekolah. Pihaknya pun akan terus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan PTM di sekolah-sekolah.
Pengawasan utamanya dilakukan terkait dengan penerapan prokes. Budi menekankan akan menutup sekolah jika ada yang tidak disiplin dalam menerapkan dan menegakkan prokes.
"(Monitoring) Ini juga jadi evaluasi bagi kami untuk bagaimana pelaksanaan PTM di sekolah tersebut dan bisa saja ditutup kalau tidak menerapkan prokes dengan baik," jelasnya.