Boris Johnson Kehilangan Empat Anak Buahnya di Tengah Skandal Partygate

Empat staf senior Boris Johnson mengundurkan diri di tengah skandal Partygate.

AP/Alberto Pezzali
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Investigasi mengatakan pesta yang merupakan pelanggaran lockdown oleh Perdana Menteri Boris Johnson dan stafnya merupakan bentuk pelanggaran serius kegagalan untuk mematuhi standar yang diharapkan dari pemerintah.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Empat staf senior Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah mengundurkan diri. Hal ini memicu gejolak baru bagi Johnson yang tengah menghadapi skandal.

Dilansir Fox News pada Jumat (4/2/2), perwakilan Kantor staf Johnson mengatakan kepala staf Dan Rosenfield dan sekretaris pribadi utama Martin Reynolds telah mengajukan pengunduran diri. Direktur Komunikasi Jack Doyle dan penasihat senior Munira Mirza juga mengatakan telah meninggalkan jabatannya.

Padahal, Reynolds adalah tokoh kunci dalam skandal "pesta" atau Partygate. Ini merupakan pesta pelanggaran lockdown yang diadakan Johnson dan stafnya selama pandemi Covid-19.

Baca Juga


Johnson mengirim undangan ke sekitar 100 staf untuk hadir di pesta kebun pada Mei 2020, sementara warga Inggris dilarang bersosialisasi sebagai bagian dari pembatasan untuk memperlambat penyebaran Covid-19. Pesta kebun itu adalah salah satu dari 16 kegiatan yang diduga sedang diselidiki oleh penyelidik senior Sue Gray.

Belasan peristiwa juga sedang diselidiki oleh Polisi Metropolitan. Pekan ini, Gray merilis laporan sementara yang melihat empat pihak yang tidak diselidiki polisi. Gray menemukan kegagalan kepemimpinan memungkinkan terjadinya peristiwa yang seharusnya tidak boleh terjadi.

Johnson telah meminta maaf dan berjanji untuk memperbaiki masalah di kantornya, tetapi belum mengakui kesalahan pribadi. Cengkeraman Johnson pada kekuasaan telah terguncang oleh pengungkapan Partygate pada 2020 dan 2021. Padahal, di waktu yang sama, jutaan orang di Inggris dilarang bertemu dengan teman dan keluarga.

Anggota parlemen di Partai Konservatif Johnson sedang mempertimbangkan mosi tidak percaya pada pemimpin yang memenangkan mayoritas besar parlemen lebih dari dua tahun lalu itu. Di bawah aturan partai, pemungutan suara semacam itu dipicu jika 15 persen anggota parlemen partai, saat ini 54 orang, menulis surat yang menyerukan satu keputusan.

Jika kehilangan suara seperti itu,  Johnson berpotensi diganti sebagai pemimpin partai dan perdana menteri. Namun, tidak diketahui berapa banyak surat yang telah dikirim.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler