Ukraina Latih Warga Sipil Hadapi Kemungkinan Buruk
Latihan warga sipil sebagai persiapan untuk kemungkinan invasi oleh Rusia.
REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Perwira cadangan Ukraina di bawah struktur "pertahanan teritorial" mengadakan pelatihan militer mingguan dan pelatihan lainnya untuk warga sipil. Latihan ini sebagai persiapan untuk kemungkinan invasi oleh Rusia.
Latihan ini sebagai bagian dari perekrutan massal untuk tentara sukarelawan. Pelatihan dilakukan oleh Legiun Ukraina, yaitu sebuah badan yang menyelenggarakan pelatihan militer untuk penduduk sipil bersama dengan Batalyon Pertahanan Teritorial distrik Desnianskyi, Markas Besar Pertahanan Kiev, dan Total Resistance.
Pertahanan teritorial Ukraina adalah sistem nasional, militer, dan tindakan khusus yang dilakukan di seluruh negeri pada masa damai untuk mempersiapkan negara menghadapi segala kemungkinan ancaman militer. Jumlah permanen Pasukan Pertahanan Teritorial di masa damai akan menjadi 10.000 personel karir, dengan tambahan 120.000 cadangan sipil untuk direkrut dan dilatih. Dengan demikian, jumlah tentara sukarelawan akan terdiri lebih dari 130.000 orang, termasuk cadangan.
Bagian utama dari formasi sukarelawan termasuk mereka yang bertugas di jajaran Angkatan Bersenjata Ukraina atau di formasi militer dan lembaga penegak hukum lainnya. Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina dilaporkan akan memiliki lebih dari 20 brigade, yang akan menyatukan lebih dari 150 batalyon.
Untuk dapat masuk ke dalam jajaran Tentara Nasional Teritorial, para relawan harus menjalani pelatihan tertentu, antara lain pelatihan dasar militer, pelatihan medis dan pertolongan pertama. Selain itu mereka juga harus lulus seleksi profesional dan psikologis, serta menandatangani kontrak.
Perwakilan resmi dari Markas Besar Pertahanan Kiev, Andriy Rikun, mengatakan, pelatihan diadakan untuk menyatukan semua orang di kawasan itu. Seluruh masyarakat akan melindungi kawasan itu jika terjadi perkembangan situasi negatif.
"Mereka bersiap-siap untuk memukul mundur musuh pada waktu yang tepat (bila diperlukan)," kata Rikun, dilansir Anadolu Agency, Senin (7/2).
Rikun mengatakan, pelatihan tersebut mengajarkan masyarakat untuk mengungsi dalam situasi darurat, memberikan pertolongan pertama, dan melindungi keluarga mereka. "Pelatihan kami meliputi taktik (militer), penggunaan senjata, pertolongan pertama, (mempersiapkan) tas darurat, pertempuran pisau, evakuasi, dan kelangsungan hidup, berbagai macam hal yang dapat berguna bagi seseorang jika terjadi perang dan bencana teknologi," ujarnya.
Rikun mengatakan bahwa, pelatihan terakhir diadakan musim semi lalu. Rikun menambahkan, pelatihan berlangsung selama delapan tahun terakhir sejak dimulainya konflik Rusia-Ukraina pada 2014.
Seorang sukarelawan berusia 21 tahun, Anastasia Sakva, mengatakan, dia ikut pelatihan militer untuk pertama kalinya. Namun sebelumnya, dia adalah anggota Legiun Ukraina dan organisasi serupa lainnya. Savka mengatakan, warga sipil Ukraina harus selalu siap untuk menghadapi segala kemungkinan dan situasi.
"Seperti yang terjadi pada 2014 ketika tidak ada yang siap. Oleh karena itu, saya percaya bahwa kita harus selalu siap dan berlatih dalam kehidupan sipil," kata Savka.
Seorang warga Kiev berusia 38 tahun, Nadejda, mengatakan, masyarakat masih memiliki kesadaran yang sangat rendah tentang pertahanan teritorial. Termasuk bagaimana mengambil harus bertindak jika ada situasi serius.
"Karena itu, saya pikir setiap daerah harus mengatur semacam pelatihan pertahanan teritorial," ujar Nadejda.
Ukraina dan Rusia telah terkunci dalam konflik sejak permusuhan di wilayah Donbas timur pecah pada 2014. Konflik pecah setelah Rusia secara ilegal mencaplok Semenanjung Krimea.
Belum lama ini, Rusia mengumpulkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa Kremlin dapat merencanakan serangan militer terhadap Ukraina. Moskow membantah sedang bersiap untuk menyerang. Mereka mengerahkan pasukan di perbatasan untuk latihan.