Awas! Ekstremis Yahudi Menyamar Sebagai Muslim di Kompleks Masjid Al Aqsha

Ekstremis Yahudi ikut sholat, namun menggumamkan doa Yahudi.

AP/Mahmoud Illean
Salju menutupi Masjid Kubah Batu di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Kamis, 27 Januari 2022. Awas! Ekstremis Yahudi Menyamar Sebagai Muslim di Kompleks Masjid Al Aqsa
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Beberapa ekstremis Yahudi mengungkapkan mereka berpakaian seperti Muslim untuk masuk dan beribadah di situs suci yang diperebutkan, Temple Mount atau kompleks Masjid al-Aqsa. Hal ini sudah mereka praktikkan sejak lama, tetapi tidak menyebutkan kapan tepatnya. 

Baca Juga


Setelah Israel merebut dan menduduki Yerusalem Timur pada 1967, status quo yang rapuh tetap ada, yakni non-Muslim dapat mengunjungi kompleks tersebut tetapi tidak boleh berdoa di sana.

Dilansir dari BBC, Selasa (8/2/2022), seorang aktivis Yahudi Israel Raphael Morris menganjurkan para Yahudi berddoa di situs tersebut atau yang mereka sebut Temple Mount. Raphael memimpin kelompok ekstremis Yahudi yang disebut "Returning to the Mount/Kembali ke Bukit".

"Saya adalah seorang zionis Yahudi dan saya yakin Temple Mount milik orang Yahudi," katanya.

Sebelum memasuki kompleks suci Masjid Al Aqsa, dia mengganti pakaiannya dengan gamis dan peci putih. Dia bahkan belajar bahasa Arab.

"Kami bisa berdoa bersama orang Muslim ketika mereka sholat, tapi kami menggumamkan doa kami atau berdiri saja dimana kami mau dan berdoa," katanya.

Tindakannya itu memiliki konsekuensi ditangkap oleh polisi Israel. Awalnya, dia merasa takut, tapi kemudian terbiasa. Dia merasa bebas berjalan-jalan di komplek Masjid Al Aqsa tanpa pengawasan polisi. Aksi tersebut merupakan aksi provokatif. 

Seorang aktivis Palestina sekaligus guru mengaji Hanady Halawani mengatakan dia akan membela Masjid al-Aqsa sampai kapan pun.

Menurutnya, aksi Yahudi menyamar sebagai Muslim meneror Muslim yang beribadah di masjid dan bersifat politis. Hanady menghabiskan sebagian besar waktunya di al Aqsa.

Israel pernah melarangnya memasuki al Aqsa. "Saya lahir dan besar di sini. Masjid al Aqsa adalah bagian dari iman Muslim kami," katanya.

Melansir dari Times of Israel, kelompok ekstremis Yahudi mengatur agar para anggotanya menyamar sebagai Muslim untuk memasuki Bukit Bait Suci di Kota Tua Yerusalem. Di sana mereka diam-diam membaca doa-doa Yahudi sambil berpura-pura melakukan ibadah layaknya Muslim.

Temple Mount, yang dikenal oleh umat Islam sebagai Haram al-Sharif, adalah situs paling suci bagi orang Yahudi dan tempat suci ketiga dalam Islam. Ini adalah pusat emosional dari konflik Israel-Palestina, ketegangan di sana memicu perang Gaza 11 hari pada Mei 2021.

Setelah Israel merebut Kota Tua dan Yerusalem Timur dalam Perang Enam Hari 1967, orang-orang Yahudi diizinkan berkunjung tetapi tidak untuk berdoa di sana. Israel menjaga keamanan secara keseluruhan di situs tersebut, tetapi Wakaf Muslim mengelola kegiatan keagamaan di sana.

“Kami tidak siap menerima sanksi terhadap orang Yahudi yang ada di Temple Mount,” kata Raphael.

Raphael mencatat orang-orang Yahudi hanya diizinkan masuk ke kompleks pada jam-jam tertentu, ditemani oleh polisi dan tidak boleh menunjukkan indikasi mereka sedang berdoa. Dalam pelajaran yang diadakan di sebuah apartemen di Yerusalem, kelompok tersebut mengajarkan para pengikutnya untuk mengenakan pakaian tradisional Muslim, membawa sajadah, tasbih, dan bahkan buku-buku berbahasa Arab tentang Alquran untuk membuat penyamaran mereka lebih meyakinkan. Selain itu, para anggota terkadang mewarnai rambut dan janggut mereka lebih gelap untuk membuat diri mereka terlihat lebih seperti orang Arab.

Raphael mengatakan kelompok itu menekankan untuk tampil seperti orang Arab agar tidak menimbulkan kecurigaan polisi, Muslim, atau dewan Wakaf. Yisrael, seorang instruktur, mengajar anggota kelompok bagaimana melakukan gerakan doa Muslim sambil benar-benar membaca liturgi Yahudi.

“Paling buruk, oke, mereka menangkap Anda sehingga Anda ditangkap. Sangat berharga bagi saya untuk berdoa dengan benar dan agar tidak menyerah pada penghinaan polisi,” kata salah satu anggota, yang menggunakan nama samaran Baruch.

Baruch meramalkan akan ada semakin banyak yang melakukan penyamaran ini dan kemudian polisi hanya perlu membuka gerbang untuk semua orang. “Visi kami adalah untuk dapat pergi ke Temple Mount setiap saat, dan pada akhirnya juga berhasil membangun Bait Suci dan memulihkan layanan kurban,” kata Raphael.

Dia membantah gerakannya adalah bawah tanah, bersikeras bahwa dia bertindak secara terbuka dan bahwa tindakannya legal. “Fakta bahwa negara tidak menyukainya bukan berarti itu ilegal,” kata Raphael.

Jika ada yang tidak beres selama kunjungan penyamaran mereka, mereka akan meminta bantuan polisi, katanya, menepis kekhawatiran bahwa tindakan kelompoknya dapat memicu kekerasan yang meluas. “Demi Kuil, saya siap membayar dengan nyawa saya,” salah satu anggota kelompok.

https://www.bbc.com/news/av/world-middle-east-60291670

 

https://www.timesofisrael.com/jews-are-disguising-themselves-as-muslims-to-pray-on-temple-mount-report/

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler