IHSG Memerah Akibat Konflik Rusia-Ukraina, Emiten Energi Malah Raih Untung
Republika mencatat meski IHSG memerah namun saham energi dan tambah masih menguat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik yang kian memanas antara Rusia dan Ukraina telah berdampak terhadap pergerakan bursa saham dunia, tidak terkecuali Indonesia. Di tengah ketegangan geopolitik ini, investor ramai-ramai melepas aset berisiko tinggi seperti saham.
Hal tersebut tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami koreksi tajam sepanjang perdagangan hari ini, Senin (14/2/2022). IHSG ditutup anjlok 1,19 persen ke posisi 6.734,48. Bahkan pada penutupan sesi pertama, IHSG sempat terpangkas 1,34 persen.
IHSG tidak sendiri, di Asia, mayoritas indeks saham negara lainnya juga mengalami kejatuhan. Nikkei 225 jatuh paling dalam dengan penurunan sebesar 2,23 persen dan diikuti indeks Hang Seng yang terkoreksi sebesar 1,41 persen.
Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan, pasar saham Asia didominasi oleh kekhawatiran akan peringatan dari Rusia yang siap melakukan invasi terhadap Ukraina. Hal ini pun memberikan dampak pada kenaikan harga minyak acuan ke harga tertinggi baru dalam tiga tahun terakhir.
"Saat ini pelaku pasar terlihat memperpanjang antisipasi terhadap kenaikan inflasi di negara maju yang lebih tinggi, sejalan dengan kenaikan dari harga minyak yang dinilai dapat mempengaruhi biaya energi," kata Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Senin (14/2/2022).
Sepanjang hari ini, kelompok saham paling likuid juga terperosok ke zona merah hingga terkoreksi sebesar 1,18 persen. Penurunan sektor teknologi terutama menjadi pemberat dengan BUKA anjlok 4,15 persen dan EMTK amblas 4,05 persen. Selain itu, saham TPIA dan WSKT turun tajam hingga 6 persen.
Sebaliknya, kenaikan harga minyak justru menguntungkan saham-saham yang berkaitan dengan komoditas tambang dan energi seperti PTBA menguat 1,04 persen, PGAS menguat 2,18 persen, AALI menguat 2,23 persen dan ADRO menguat 2,76 persen. Kenaikan tertinggi dialami ITMG yang mencapai 4,80 persen.
Baca juga: Putri Cantik Yusuf Mansur Siap Luncurkan Token Kripto, Cek Tanggal Presale-nya
Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan investor mencari rasa aman pada surat utang Pemerintah AS sambil menjauhi aset berisiko tinggi seperti saham. "Ini merupakan fenomena yang di sebut dengan Flight-To-Safety, seiring dengan semakin tingginya ketegangan antara Rusia dan Ukrania," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya.
AS telah mengeluarkan peringatan bahwa Rusia siap melakukan aksi militer yang bersifat ofensif terhadap Ukraina pekan ini. Inggris dan AS telah memerintahkan warga negaranya untuk mengungsi atau keluar dari Ukrania.
Akibatnya, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury note) bertenor 10 tahun merosot 9 bps menjadi 1,92 persen. Pada kamis (10/2/2022) lalu, imbal hasil surat utang pemerintah AS masih berada di level dari sekitar 2 persen.
Jika Ukraina di serang oleh Rusia, menurut Phillip Sekuritas Indonesia, investor meyakini bank sentral AS Federal Reserve tidak akan hawkish dari yang diperkirakan. Sebab pecahnya perang akan menambah sumber ketidakpastian di pasar.