Kelenjar Getah Bening di Leher, Ketiak, Pangkal Paha Membesar, Gejala Kanker Apa?
Pembesaran kelenjar getah bening dapat menjadi gejala kanker limfoma Hodgkin.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda mengalami pembesaran kelenjar getah bening? Berhati-hatilah, mungkin saja itu pertanda kanker limfoma Hodgkin.
Limfoma Hodgkin adalah kanker pada sistem kelenjar getah bening. Sistem kelenjar getah bening adalah kumpulan jaringan dan organ yang membantu tubuh menyerang infeksi dan penyakit.
Menurut Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, terdapat 1.188 kasus limfoma Hodgkin di Indonesia. Konsultan hematologi dan onkologi medik, dr Johan Kurnianda SpPD, menjelaskan bahwa faktor risiko dari limfoma Hodgkin belum dapat diketahui. Namun, sekitar 40 persen kasus Limfoma Hodgkin diasosiasikan dengan adanya infeksi Epstein-Barr Virus (EBV).
Selain itu, ada pula faktor risiko seperti penurunan sistem imun, riwayat keluarga inti dengan limfoma Hodgkin dan jenis kelamin pria. Kelompok usia tertentu, yakni usia 15 sampai 30 tahun dan usia lebih dari 55 tahun, juga dinilai berisiko.
"Pada umumnya, gejala yang muncul berupa pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha," ujarnya dalam diskusi media bertajuk "Limfoma Hodgkin: dari Tantangan Menuju Harapan", Selasa (15/2/2022).
Gejala ini dapat disertai demam lebih dari 38 derajat Celcius, berkeringat pada malam hari, dan penurunan bobot badan lebih dari 10 persen bobot badan selama enam bulan. Selain itu, bisa juga muncul gejala lain, seperti gatal-gatal, kelelahan yang luar biasa, dan mengalami reaksi yang buruk terhadap alkohol.
Dr Johan mengatakan, bila terdapat benjolan, perhatikan konsistensi benjolan. Pertama, tanyakan terlebih dahulu, apakah benjolan menimbulkan rasa nyeri atau tidak. Kedua, lakukan pemeriksaan konsistensi, benjolan tersebut diraba dan digoyang dengan dasarnya.
"Benjolan itu akan menjadi sesuatu yang serius dalam arti perlu ditindak lanjuti secara detail, apabila benjolan itu cenderung terfiksasi atau terikat dengan dasarnya. Ketika kita berusaha menggoyangkan benjolan itu, benjolan itu tidak tergoyahkan," paparnya.
Sambil merabanya, rasakan konsistensi benjolan tersebut, apakah lunak, kenyal, atau keras. Adakah rasa nyeri?
"Untuk kasus limfoma Hodgkin, benjolan bisa nyeri atau tidak, ketika dipegang itu kenyal, tidak keras. Kerasa tapi tidak terlalu keras atau kenyal istilah saya," ujar dr Johan.
Jika sudah ada benjolan seperti itu maka sebaiknya langsung lakukan pemeriksaan. Jangan menunggu lebih lama lagi.
"Karena seperti kita ketahui limfoma hodgkin adalah salah satu jenis kanker. Dan sifat kanker itu lebih mudah berkembang. Jangan diobati dengan obat apa dulu, langsung ditindak," ujarnya.
Penegakan diagnosis limfoma Hodgkin dilakukan melalui beberapa pengujian, yaitu pengecekan riwayat kesehatan, pemeriksaan lab darah, biopsi dan uji imunohistokimia (IHK) , serta pemeriksaan radiologi (PET/CT scan).
Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan untuk mendeteksi adanya penanda (biomarker) spesifik yang dapat membantu diagnosis, terapi, dan prognosis kanker. Penanda yang diperiksa pada umumnya adalah CD30, CD15, CD20, CD3, CD45, CD79a, dan PAX5.
"Lebih dari 98 persen kasus limfoma Hodgkin tipe klasik mengekspresikan CD30," jelasnya.