Majelis Ilmu Lebih Diridhai Rasulullah SAW, Ini Penjelasannya
Rasulullah SAW lebih menyukai majelis ilmu dibandingkan majelis lain
REPUBLIKA.CO.ID, — Majelis ilmu mempunyai banyak keutamaan. Terdapat sejumlah riwayat menyatakan kedudukan mulia majelis ilmu. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma sebagai berikut:
عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما، قال: خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم من بعض حجره، فدخل المسجد، فإذا هو بحلقتين إحداهما يقرءون القرآن ويدعون الله، والأخرى يتعلمون ويعلمون، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: كل على خير، هؤلاء يقرءون القرآن ويدعون الله، فإن شاء أعطاهم، وإن شاء منعهم، وهؤلاء يتعلمون، وإنما بعثت معلِّما، فجلس معهم
Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW keluar dari kamarnya untuk menuju masjid. Sesampainya di tujuan, Rasulullah SAW mendapati dua kelompok sahabat. Masing-masing duduk membentuk lingkaran. Kumpulan yang pertama sedang membaca Alquran serta berdoa dan berdzikir kepada Allah SWT. Adapun yang kedua menyelenggarakan halakah keilmuan.
Nabi SAW bersabda, “Masing-masing kelompok berada dalam kebaikan. Terhadap yang sedang membaca Alquran dan berdoa, maka Allah akan mengabulkan doa mereka jika Dia menghendaki. Begitupun sebaliknya. Doa mereka tidak akan diterima jika Dia tidak berkenan mengabulkan. Mengenai golongan yang sedang belajar dan mengajarkan ilmu, maka (ketahuilah) sesungguhnya aku pun diutus untuk menjadi seorang pengajar.” Sesaat kemudian, beliau pun bergabung dengan para sahabatnya yang sibuk mempelajari dan mengajarkan ilmu di sana.
Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Majah itu menunjukkan, majelis ilmu lebih diridhai Rasulullah SAW daripada yang selainnya. Bahkan, beliau bersedia menjadi bagian dari halakah tersebut. Sebagai seorang mualim atau guru, Nabi SAW merupakan contoh yang sempurna.
Dalam mendidik kaum Muslimin, Rasulullah Muhammad SAW menggunakan pelbagai metode yang efektif. Dengan begitu, para sahabat dapat memahami dan juga mengamalkan ilmu-ilmu agama yang disampaikan beliau secara baik.
Salah satu metode pendidikan ala Rasulullah SAW ialah bercerita atau memberikan gambaran ilustratif. Sebagai contoh, cerita Nabi SAW saat hendak mengajarkan tentang keutamaan taubat. Beliau mengilustrasikan seorang laki-laki yang kehilangan unta dan bekal di tengah gurun. Setelah sekian lama mencari-cari, pengembara itu menjadi putus asa.
Pria itu lantas bersandar pada sebuah pohon. Dalam keadaan patah-arang, pengelana ini tiba-tiba mendapati unta yang tadi dicari-carinya itu sedang berjalan mendekatinya. Karena hatinya begitu gembira, lisannya tak sengaja berucap, “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu. Rasulullah SAW menjelaskan, ‘Allah sangat gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan lelaki dalam kisah tersebut