Arti Sebuah Keikhlasan di Balik Kegalauan
Arti Sebuah Keikhlasan di Balik Kegalauan
Proses belajar sudah mulai berjalan aktif di masing-masing instansi sekolah baik negeri maupun swasta. Tidak terkecuali juga di kalangan institusi kampus. Awal mula pembelajaran yang sudah sekian lama dilaksanakan secara daring semenjak merebaknya Covid-19, kini sudah mulai dilaksanakan secara luring atau tatap muka.
Ada kegembiraan yang terpancar dari wajah-wajah yang merasakan bosan selama menjalani pembelajaran daring. Kini mereka bisa bertemu dan bersenda gurau dengan teman-temannya, bisa saling diskusi dan hal-hal lain yang sudah 2 tahun lebih tidak bisa dilaksanakan.
Namun rupanya kegembiraan itu tidak berlangsung lama karena adanya serangan kembali virus covid yang kini berjuluk omicron. Meskipun kata para ahli tidak begitu mematikan seperti pendahulunya, namun kekhawatiran itu muncul kembali seiring berita-berita yang mengabarkan diberlakukannya lockdown di beberapa tempat terutama di kota besar. Kegiatan pembelajaran tatap muka yang baru berlangsung beberapa minggu sudah kembali dibatasi.
Semoga si buah hati selalu dalam lindunganNya.
Ada dilema dalam hati. Disatu sisi berharap anak selalu di rumah belajar secara daring mengingat situasi yang belum aman. Namun disisi lain berharap kembali belajar di kampus agar ilmu yang dipelajari benar-benar dikuasai untuk kehidupan di masa depannya. Disinilah kita sebagai orang tua dituntut untuk belajar ikhlas dan sabar menghadapi situasi yang membuat kepala pening. Setiap saat hanya bisa menunggu kabar terbaru perkembangan nasib pendidikan ini mau dibawa kemana. Apakah tetap dilaksanakan PTM, ataukah akan kembali belajar daring? Semoga omicron mau lebih bersahabat dengan kita. Segera kembali ke alamnya, menjadikan kita bisa bernapas lega untuk menjalani aktivitas normal seperti biasa. Jangan ada lagi galau, jangan ada lagi khawatir berlebih, generasi muda butuh ilmu yang bermanfaat untuk bisa diterapkan dalam kehidupan membangun negara lebih baik ke depannya. Semoga!!!