Reinfeksi Omicron Perburuk Gejala Long Covid?

Banyak pasien long Covid yang khawatir akan mengalami reinfeksi akibat varian Omicron

www.freepik.com.
Urutan gejala long Covid-19 (ilustrasi).
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, Di saat varian Omicron baru terdeteksi, sebagian orang mungkin masih bergelut dengan long Covid akibat varian Delta. Mengingat cukup mengganggunya kondisi longCovid, tak heran bila banyak pasien long Covid yang khawatir akan mengalami reinfeksi akibat varian Omicron.

Baca Juga


"Saya takut. Saya tak tahu apakah saya akan bertahan (bila) terkena infeksi lagi," jelas pasien Long Covid Laurie Bedell, seperti dilansir NBC.

Bedell tertular Covid-19 pada Desember 2020 dan mengalami gejala berkepanjangan yang mengubah hidupnya. Rasa nyeri, lelah, dan beberapa gejala long Covid lain membuat Bedell yang semula dikenal sebagai perempuan sehat dan aktif menjadi sosok dengan masalah kesehatan kronis. Bedell tak lagi mampu berjalan atau melakukan aktivitas fisik lebih dari lima hingga sepuluh menit dalam satu waktu.

Ketika varian Omicron ditemukan dan mulai meluas, ada ketakutan tersendiri yang dirasakan Bedell. Terlebih, Omicron disebut lebih mudah menular dibandingkan varian Delta. "Orang-orang dengan long Covid punya alasan yang layak untuk khawatir," pungkas Dr John Baratta dari UNC Covid Recovery Clinic.

Sebuah studi dari Public Health Scotland misalnya, menemukan bahwa mayoritas kasus Omicron di Skotlandia justru terjadi pada orang yang sudah terinfeksi. Angkanya bahkan 10 kali lebih besar dibandingkan angka reinfeksi akibat varian Delta.

Di kliniknya, Dr Baratta juga menemukan cukup banyak pasien yang sebelumnya pernah terkena Covid-19 dan mengalami long  Covid, lalu mengalami reinfeksi dari varian lain. Reinfeksi ini turut memengaruhi kondisi long Covid yang dialami pasien. "Mereka memiliki gejala long Covid baru atau lebih buruk setelah reinfeksi mereka," ujar Dr Baratta.

 

Sejak kemunculan varian Omicron, kasus reinfeksi tampak semakin umum. Hal ini didukung oleh laporan yang telah dipublikasikan oleh Inggris. Dalam laporan ini, reinfeksi diklasifikasikan sebagai kasus infeksi Covid-19 baru yang terjadi dalam kurun waktu lebih dari 90 hari sejak infeksi sebelumnya.

Per 6 Februari 2022, Inggris mencatat ada 14,5 juta kasus infeksi baru dan sekitar 620 ribu kasus reinfeksi. Bila dibandingkan, ada satu kasus reinfeksi untuk setiap 24 kasus infeksi baru.

Lebih dari setengah kasus reinfeksi tersebut dilaporkan sejak 1 Desember 2021. Hal ini menunjukkan bahwa risiko reinfeksi meningkat karena varian Omicron, seperti dilansir Channel News Asia.

Meski digadang sebagai varian yang lebih ringan, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa Omicron tidak menyebabkan long Covid. Tingkat keberatan gejala Covid-19 juga tak bisa menjadi patokan apakah seseorang akan mengalami long Covid atau tidak.

"Long Covid bisa terjadi, apapun varian virus yang terjadi. Tak ada bukti apakah ada perbedaan antara Delta, Beta, atau sekarang Omicron," pungkas ahli penyakit menular Amerika Serikat Dr Anthony Fauci, seperti dilansir Healthline.

Studi sebelumnya memprediksi ada sekitar 30 persen pasien Covid-19 yang mengalami long Covid. Studi juga menemukan bahwa satu dari tujuh anak dan orang muda masih mengalami gejala 15 pekan setelah infeksi pertama.

Beberapa ahli meyakini kejadian long Covid terkait varian Omicron mungkin akan lebih rendah. Alasannya, Omicron tampak tidak menyebabkan peningkatan penanda inflamasi yang tinggi atau persisten dalam tubuh selama infeksi.

"Infeksi Omicron lebih ringan dibandingkan apa yang terjadi pada varian lain atau strain original, kita akan memprediksi proporsi kasus long Covid akan lebih rendah dengan Omicron," jelas ahli virologi Andrew Catchpole DPhil dari hVIVO.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler