Meski Kalah Kuat, Ukraina dapat Timbulkan Kerusakan pada Rusia

Tentara Ukraina lebih terlatih dan memiliki perlengkapan perang lebih banyak.

Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Rusia resmi menggelar invasi ke Ukraina. Jumlah pasukan dan senjata Rusia jauh di atas Ukraina. Tapi pakar militer menilai Ukraina juga bisa menimbulkan kerusakan signifikan pada Rusia.

Baca Juga


Tentara Ukraina juga lebih terlatih dan dilengkapi senjata yang lebih banyak dan baik dibanding ketika Rusia menduduki Semenanjung Krimea tanpa perlawanan pada 2014 lalu. Tidak seperti delapan tahun yang lalu kini Ukraina bertekad untuk mempertahankan tanah airnya.

Ukuran dan Jumlah Pasukan

Dilihat dari jumlah pasukan dan persenjataan jelas Rusia lebih besar. Pakar militer memperkirakan Rusia sudah menumpuk lebih dari 100 ribu pasukannya di perbatasan Ukraina. Moskow juga telah menggerakan pasukan yang berada di Belarusia, sebelah utara Ukraina yang sebelumnya latihan di negara itu.

Lembaga think-tank di London, Inggris, International Institute for Strategic Studies (IISS) memperkirakan jumlah pasukan Angkatan Darat Rusia sekitar 280 ribu orang. Sementara total pasukan angkatan bersenjata gabungan sekitar 900 ribu orang.

Perdana Menteri Ukraina mengatakan dekrit yang ditanda tangani Presiden Volodymyr Zelensky baru-baru ini akan meningkatkan kekuatan pertahanan Ukraina dengan menarik lebih banyak pasukan cadangan yang perlahan-lahan bertransisi menjadi tentara profesional. Sehingga pasukan Ukraina menjadi sekitar 361 ribu personel.

Walaupun Ukraina melipatgandakan anggaran pertahanannya dari tahun 2010 hingga 2020. Tapi anggaran pertahanan mereka pada tahun 2020 masih sepersepuluh dari anggaran Rusia.

Pakar militer mengatakan pertahanan anti-pesawat dan rudal Ukraina lemah. Sehingga rentan dengan serangan Rusia yang mengincar infrastruktur penting. Mereka mengatakan Rusia juga akan menggunakan keunggulannya dalam perang elektronik dengan melumpuhkan komunikasi antara pusat komando musuh ke unit-unit di lapangan.

Pengalaman

Pasukan Ukraina sudah memiliki pengalaman tempur di daerah Donbass, timur Ukraina. Di mana mereka berperang melawan separatis pro Rusia sejak tahun 2014. Pasukan Ukraina juga sangat termotivasi dalam membela tanah airnya.

Mereka juga memiliki pertahanan udara jarak pendek dan antitank. Termasuk rudal Javelin yang dipasok AS yang dapat memperlambat gerak pasukan Rusia.

Selain pasukan reguler, Ukraina juga memiliki unit-unit pertahanan teritorial yang merupakan pasukan sukarelawan. Mereka memiliki sekitar 900 ribu pasukan cadangan. Sebagian besar pria muda di negara itu juga pernah menjalani pelatihan militer dasar.

Sehingga ada kemungkinan Rusia akan menghadapi perlawanan tanpa kenal lelah dan menyerah. Bila Moskow memutuskan untuk merebut suatu wilayah.

Tantangan militer yang akan dihadapi Rusia tampaknya juga akan lebih berat dibandingkan perang-perang yang telah mereka lalui sebelumnya seperti perang Chechnya pada tahun 1980-an dan perang melawan Georgia pada 2008.

Bantuan Barat

Negara-negara Barat sudah mengirimkan bantuan persenjataan ke Ukraina. Tapi Kiev masih perlu lebih banyak senjata. AS sudah menyatakan tidak berniat mengirimkan pasukan ke Ukraina.

Sejak 2014 lalu AS sudah menggelontorkan bantuan militer senilai 2,5 miliar dolar AS ke Ukraina. Termasuk mengirimkan rudal antitank Javelin, kapal patroli pantai, kendaraan lapis baja atau Humvess, senapan laras panjang, drone pengintai, sistem radar, night vision dan peralatan radio.

Ada kemungkinan AS akan mengirimkan rudal anti-pesawat Stinger, kapal dan senjata-senjata ringan. Turki juga sudah menjual drone Bayraktar TB2 ke Kiev yang sudah digunakan untuk bertempur melawan separatis pro Rusia.

Inggris dilaporkan memasok sekitar 2.000 rudal antitank ke Ukraina pada Januari lalu. Mereka juga mengirimkan pakar untuk melatih pasukan. Britania juga mengirimkan kendaraan tempur Saxon.

Estonia mengatakan sudah mengirimkan rudal antitank Javelin. Sementara Latvia dan Lithuania menyediakan rudal Stinger. Republik Ceko mengumumkan akan mendonasikan amunisi artileri 152mm. Jerman menolak mengirimkan senjata tapi menyumbang sekitar 6 juta dolar AS untuk pembangunan rumah sakit dan pelatihan.  

Invasi Penuh

Pakar militer tidak yakin Rusia berniat menggelar invasi skala penuh karena akan mengakibatkan perang kacau dengan jumlah korban begitu banyak. Menurut mereka Rusia akan menggelar serangan udara atau merebut sejumlah wilayah Ukraina tapi tidak akan ada perang di kota-kota besar.

Salah satu opsi Rusia adalah mendorong bagian selatan dan barat dari daerah Donbass di Ukraina timur yang sudah dikuasai separatis untuk menyambungkan daerah pendudukan Krimea dengan Laut Hitam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler