Pakar: Sanksi Baru akan Jadi Pukulan Berat Bagi Perekonomian Rusia
Sanksi SWIFT akan mempersulit Rusia untuk mengekspor komoditas energi dan lainnya.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pakar menilai sanksi baru yang mengeluarkan bank-bank Rusia dari sistem pembayaran internasional, SWIFT akan memukul keras perekonomian negara itu. Sebab, sanksi itu akan mempersulit Rusia untuk mengekspor komoditas energi dan lainnya.
"Sanksi-sanksi baru ini, yang termasuk menghapus beberapa bank Rusia dari SWIFT dan sanksi ke bank sentral Rusia, tampaknya akan mengakibatkan kerusakan serius pada ekonomi dan sistem perbankan Rusia," kata wakil presiden eksekutif asosiasi industri jasa keuangan global Institute of International Finance (IIF) Clay Lowery, Sabtu (26/2/2022) kemarin.
"Sementara detail bagaimana sanksi-sanksi baru berdampak pada energi masih terlihat, kami tahu sanksi-sanksi pada bank sentral akan mempersulit Rusi untuk mengekspor energi dan komoditas lain," tambahnya.
Sementara itu peneliti senior Center for a New American Security Rachel Ziemba mengatakan walaupun sanksi pemutusan akses ke SWIFT tidak dilakukan. Langkah-langkah Barat terhadap Rusia akan tetap memukul keras perekonomian negara itu.
"Mereka menegakan langkah-langkah yang sudah diambil sebelumnya pada pekan ini dengan memperumit dan mempersulit transaksi," katanya.
Ziemba mengatakan seberapa merusaknya sanksi-sanksi itu pada ekonomi Rusia tergantung bank-bank mana yang diputus aksesnya dari SWIFT. Serta langkah yang membatasi kemampuan bank sentral untuk beroperasi.
"Terlepas dari, meningkatnya sanksi-sanksi, menghapus bank-bank dari SWIFT, membatasi Bank Sentral, akan semakin mempersulit mendapatkan komoditas dari Rusia dan meningkatkan tekanan pada pasar keuangan," tambahnya.
Sementara itu Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Rusia memperingatkan warga AS tentang laporan kartu kredit dan debit yang bukan dari Rusia akan ditolak di Rusia. Dalam cicitannya di Twitter, Sabtu malam kemarin, Kedutaan Besar AS mengatakan masalah itu muncul karena sanksi-sanksi terbaru yang diberlakukan pada bank-bank Rusia setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Kedutaan Besar AS mengatakan warga Amerika di Rusia harus menyiapkan metode pembayaran alternatif bila kartu kredit dan debit mereka ditolak. Kedutaan juga mengingatkan hingga saat ini Departemen Luar Negeri masih meminta warga AS untuk tidak berkunjung ke Rusia.