KRL Solo-Yogyakarta Segera Perpanjang Rute ke Arah Timur
Mampu mengurangi sekitar 30-40 persen penumpang di Stasiun Besar Solobalapan.
REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Kereta Rel Listrik (KRL) Solo-Yogyakarta segera memperpanjang rute ke arah timur menyusul proses perpanjangan jalur yang dilakukan oleh Kereta Api Indonesia (KAI)Commuter.
"Ini sudah terpasang LAA (Listrik Aliran Atas) sampai dengan Palur. Kalau tidak melihat secara keseluruhan sepertinya tidak masalah, namun ada masalah satu yakni di jembatan DI Pandjaitan tidak bisa lewat. Sekarang (jembatan) sudah dibongkar dan tiang sudah tersambung," kata Direktur Operasi dan Pemasaran KAI Commuter Wawan Ariyanto di Solo, Jawa Tengah, Selasa (1/3/2022).
Dengan demikian ditargetkan perpanjangan rute KRL Solo-Yogyakarta hingga ke Jebres maupun Palur bisa segera tersambung sebelum Lebaran tahun ini. "Kalau sudah tersambung, maka ini akan menghidupkan perekonomian Soloraya. Infrastruktur juga sudah disiapkan, termasuk tempat perawatan KRL ada di Jebres, Solo. Tahun ini (pembangunan) Insya Allah selesai," katanya.
Dengan demikian, lanjut dia, perawatan KRL tidak hanya bisa dilakukan di Yogyakarta tetapi juga dapat dilakukan di Kota Solo. "Gangguan bisa dieliminasi. Memang (KRL) ini kan produk INKA, ada proses trial and error. Namun 98 persen sudah bisa dibanggakan, Bangsa Indonesia pakai produk sendiri," katanya.
Selanjutnya, kata dia, dengan dilakukannya pengembangan KRL di Jabodetabek dan di Solo-Yogyakarta akan menyusul pengembangan di daerah lain. "April nanti di wilayah Bandung dan Surabaya. Mungkin juga ada pengembangan ke Semarang, Madiun. Pada prinsipnya kami sebagai operator siap melayani amanah itu," katanya.
Direktur Utama KAICommuter Roppiq Lutzfi Azhar mengatakan perpanjangan jalur KRL sampai ke Stasiun Palur mampu mengurangi sekitar 30-40 persen penumpang di Stasiun Besar Solobalapan dan Stasiun Purwosari, mengingat selama ini penumpang KRL Solo-Jogja dari Stasiun Solo Jebres atau Stasiun Palur ke Stasiun Solobalapan dan Stasiun Purwosari cukup banyak.
"Ke depan ada G20. Artinya kemungkinan pengembangan pemerintah akan melihat pengembangan infrastruktur KA bukan lagi ke jenis KA yang berbahan bakar fosil tetapi elektrifikasi. Kereta commuter kemungkinan arah infrastrukturnya ke elektrifikasi. Kalau aglomerasi bisa jadi dikembangkan ke Semarang, Purwokerto, dalam hal ini KAI Commuter jadi solusinya," kata Roppiq.