Brasil akan Kasih Visa Sementara dan Izin Tinggal Buat Warga Ukraina

Sebelumnya, Brasil telah izinkan warga Ukraina masuk dengan visa kemanusiaan.

AP/Eraldo Peres
Presiden Brasil Jair Bolsonaro tetap berusaha untuk mempertahankan netralitas negaranya atas invasi Rusia ke Ukraina. Meski begitu, ia membuka pintu bagi pengungsi Ukraina.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Pemerintah Brasil mengumumkan pada Kamis (3/3/2022) bahwa pihaknya akan memberikan visa sementara dan izin tinggal kepada warga Ukraina. Kebijakan yang sama juga berlaku untuk orang-orang tanpa kewarganegaraan yang terkena dampak invasi Rusia, menurut lembaran resmi negara itu.

Baca Juga


Pada Kamis, Reuters melaporkan bahwa Brasil hampir menandatangani kebijakan tersebut, mengutip sumber yang mengetahui rencana itu. Perwakilan bisnis kedutaan Ukraina di Brasilia, Anatoliy Tkach, mengatakan bahwa sudah ada beberapa pertanyaan dari warga Ukraina yang tertarik untuk datang ke Brasil, meskipun ia mengakui jumlahnya kecil.

"(Jumlahnya) Tidak banyak, mereka biasanya anggota keluarga dari warga Ukraina yang sudah ada di sini," katanya.

Pada Senin, Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengatakan, dia akan mengizinkan warga Ukraina memasuki negaranya dengan visa kemanusiaan. Brasil telah mengadopsi tindakan serupa dengan imigran Haiti, pengungsi Suriah, dan belum lama ini, warga Afghanistan.

Meskipun memperlihatkan sikap menyambut Ukraina, Bolsonaro itu telah berusaha untuk mempertahankan netralitas Brasil atas invasi Rusia ke Ukraina. Ketergantungan negaranya pada pupuk Rusia menjadi alasannya.

Sementara itu, PBB mengatakan bahwa satu juta orang kini telah meninggalkan rumah mereka di Ukraina. Mereka menuju ke Polandia dan negara tetangga lain ke barat.

"Jika konflik militer meningkat, itu berarti kita akan melihat semakin lama semakin banyak orang yang sangat rentan datang hanya dengan pakaian di tubuh mereka," kata Direktur Eropa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa Hans Kluge kepada Reuters, Kamis (3/3/2022).

Menurut Kluge, banyak pengungsi di gelombang pertama adalah orang-orang yang memiliki kemampuan finansial. Selain itu, pengungsi kebanyakan juga punya hubungan keluarga atau pertemanan dengan warga Polandia atau di tempat lain.

Sementara itu, menurut Kluge, ketika pertempuran semakin intensif, warga Ukraina dengan sumber daya yang lebih sedikit dan kesehatan yang lebih buruk akan dipaksa untuk melakukan perjalanan berbahaya ke perbatasan. Mereka akan membutuhkan lebih banyak dukungan.

"Pengungsi gelombang dua tetap berada di belakang berisiko kekurangan pasokan medis dan perawatan darurat," katanya.

sumber : Antara, Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler