Pengalaman 2015 Bantu Berlin Lebih Siap Menerima Pengungsi, Kali ini dari Ukraina

Pada 2015, Berlin kedatangan gelombang besar pengungsi, mayoritas dari Timur Tengah.

AP/Hannibal Hanschke
Seniman jalanan Kolombia yang berbasis di Berlin, Arte Vilu, mengerjakan mural yang menampilkan seorang wanita Ukraina dalam pakaian tradisional di Berlin, Jerman, Senin, 28 Februari 2022. Berlin kini lebih siap dalam menerima pengungsi yang kali ini datang dari Ukraina.
Rep: Dwina Agustin Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pengungsi Ukraina yang tiba di stasiun kereta api Berlin disambut warga Jerman di peron dengan lambaian tanda selamat datang. Momen ini telah membangkitkan ingatan tentang gelombang besar kedatangan pencari suaka, mayoritas dari Timur Tengah, pada 2015.

Pelajaran yang dipetik dalam menerima lebih dari satu juta pengungsi pada tujuh tahun lalu telah membantu Jerman lebih siap untuk menerima pengungsi Ukraina. Sejauh ini, sekitar 20 ribu orang Ukraina telah tiba di Jerman, di antara lebih dari satu juta warga yang diperkirakan PBB telah melarikan diri pada pekan pertama invasi Rusia.

"Anggota dan relawan dari 2015 kebanyakan masih ada, mereka hanya beristirahat sebentar dan sudah aktif lagi sekarang," ujar pendiri Berlin Hilft, Christian Lueder, kelompok yang dibentuk untuk memberikan bantuan bagi para pengungsi pada 2015.

Senat kota Berlin telah membentuk tim krisis pusat untuk mengoordinasikan penerimaan dan menjadi tuan rumah bagi para pengungsi di sekitar kota. Dua pusat penerimaan utama didirikan untuk telah menyediakan akomodasi di hotel, hostel dan, apartemen pribadi.

"Sekarang, ada satu bagian baru yang tanggung jawab. Ini tidak terjadi pada 2015 dan 2016. Kami hampir tidak menduganya," kata anggota dewan distrik untuk lingkungan Neukoelln Berlin, Falko Liecke.

Menurut Liecke, Berlin juga sedang mempersiapkan gedung-gedung publik untuk menampung para pengungsi. Bandara Tempelhof dan Tegel akan ditutup agar aulanya dapat menjadi tempat penampungan dalam skenario terburuk.

"Sungguh tidak dapat dipercaya betapa cepatnya tempat-tempat tua dan besar telah diaktifkan kembali," kata Katharina Voss dari badan amal Protestan Diakonie.

Keputusan Uni Eropa untuk membuat mekanisme perlindungan sementara dan memberikan izin tinggal sementara kepada warga Ukraina telah meringankan beban birokrasi Jerman. Artinya, warga Ukraina tidak perlu melalui proses suaka yang panjang dan rumit, yang sangat menghambat pihak berwenang dalam membantu pengungsi pada tujuh tahun lalu.

Baca Juga


Keputusan itu juga berarti memberi tanggung jawab menerima para pengungsi dibagi secara lebih merata di antara 27 negara anggota Uni Eropa. Jerman dan Swedia paling banyak menampung pengungsi, mayoritas dari mereka melarikan diri dari perang saudara Suriah pada 2015-2016.

Juru bicara badan amal Caritas di Berlin, Thomas Gleissner, mengatakan  bahwa kesiapan Jerman untuk membantu pengungsi kali ini bahkan lebih besar daripada 2015. Perang terjadi di negara terdekat dan memengaruhi orang Jerman secara lebih langsung.

Unterkunft-Ukraina, sebuah platform daring bagi warga negara yang menawarkan akomodasi bagi warga Ukraina di Jerman, adalah salah satu contoh solidaritas terhadap Ukraina. Lebih dari 95 ribu orang mendaftar sebagai tuan rumah di situs web sejauh ini.

"Saya percaya bahwa kita juga akan menguasai krisis ini, tetapi ini bukan jalan-jalan di taman, itu sangat jelas," kata Gleissner merujuk pada ungkapan bahwa kondisi yang pasti tidak akan menyenangkan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler