Harga Cabai Rawit di Kota Bandung Naik 100 Persen, Disdagin: Faktor Cuaca

Harga cabai rawit merah naik menjadi Rp 80 ribu dari sebelumnya Rp 40 ribu per kg.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pedagang melayani pembeli daging sapi di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Jumat (25/2/2022).
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Harga beberapa komoditas di Kota Bandung, belakangan ini, terus meroket. Bukan hanya harga daging sapi dan daging ayam saja yang kompak naik, tapi juga harga cabai rawit merah yang ikut hingga 100 persen.


Berdasarkan pantauan di Pasar Kosambi, Kota Bandung, harga cabai rawit merah naik menjadi Rp 80 ribu per kilogram (kg), dari sebelumnya Rp 40 ribu per kg. "Semalam naiknya Rp 20 ribu, pas malem belanja dari sananya udah Rp 60 ribu sampai Rp 65 ribu, jadi ibu pasti jual Rp 80 ribu untuk jaga-jaga karena banyak yang busuk," kata Elly, salah satu pedagang di Pasar Kosambi, Sabtu (5/3/2022).

"Sekarang juga tidak berani nyetok, karena (kualitas) cabai lagi jelek, paling banyak lima kilo karena sehari dua hari juga sudah busuk," ucap Elly menambahkan.

Srirani, warga Kosambi, mengaku, kenaikan harga cabai cukup menyulitkannya. Ditambah banyaknya harga komoditas lain yang juga meroket membuat pengeluaran menjadi ikut membengkak. "Naiknya melejit tinggi, kalau bisa harganya normal lagi lah, untuk kita mah ibu rumah tangga agak berat kalau harga segitu," ujarnya.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Elly Wasliah menjelaskan, kenaikan harga cabai rawit tidak terlalu membawa pengaruh besar di masyarakat. Pasalnya, cabai rawit tidak termasuk daftar komoditas pangan strategis.

"Jadi kami memprioritaskan komoditas yang banyak diperlukan masyarakat, kalau cabai rawit engga masuk, dia termasuk ke jenis pangan relatif, karena kebutuhannya tidak terlalu diprioritaskan," kata Elly saat dihubungi Republika, Sabtu (5/3/2022).

Menurut Elly, kenaikan harga itu terjadi karena kondisi cuaca di wilayah produsen. Kenaikan harga cabai pada musim phujan, kata Elly, juga sudah menjadi hal yang biasa terjadi. "Karena kalau musim hujan, kualitas cabai jadi berkurang, kadar airnya tinggi dan mudah busuk, jadi pedagang juga tidak bisa memasok banyak karena kalau stok banyak tapi tidak laku, bisa cepat busuk. Makanya kalau musim hujan, harga pasti mahal, ini berlaku untuk semua cabai," jelas Elly.

"Apalagi sekarang menjelang ramadhan dan Idul Fitri, cabai merah Tanjung dan keriting pasti melesat harganya karena memang sangat dibutuhkan untuk bumbu masakan, makanya klasifikasinya sama seperti daging, komoditi strategis, dan sudah pasti naik karena adanya peningkatan permintaan di masyarakat," kata Elly.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
 
Berita Terpopuler