Inggris Kucurkan Lagi Bantuan Senilai 100 Juta Dolar untuk Ukraina

Dana bantuan dari Inggris akan diberikan melalui Bank Dunia.

AP/Evgeniy Maloletka
Kaca di jendela rumah sakit pecah akibat penembakan di Mariupol, Ukraina, Kamis, 3 Maret 2022. Pemerintah Inggris kembali mengucurkan bantuan senilai 100 juta dolar AS untuk Ukraina.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris kembali mengucurkan bantuan senilai 100 juta dolar AS untuk Ukraina. Inggris berjanji melanjutkan upayanya menggalang opini internasional untuk menentang invasi Rusia ke Ukraina.

Baca Juga


Menurut pernyataan yang dirilis Downing Street pada Ahad (6/3/2022), dana bantuan senilai 100 juta dolar AS itu bakal diberikan melalui Bank Dunia. Dana tersebut merupakan tambahan dari bantuan senilai 290 juta dolar AS secara keseluruhan untuk Ukraina. Bantuan terbaru bakal digunakan untuk menjaga fungsi utama negara tetap beroperasi.

“Sementara hanya (Presiden Rusia Vladimir) Putin yang dapat sepenuhnya mengakhiri penderitaan di Ukraina, pendanaan baru hari ini akan terus membantu mereka yang menghadapi situasi kemanusiaan yang memburuk,” kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Ahad.

Johnson dijadwalkan menerima kunjungan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Perdana Menteri Kanada Mark Rutte pada Senin (7/3/2022). Mereka bakal mengunjungi pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Inggris. Setelah itu, ketiganya akan menggelar konferensi pers bersama.

Pada Selasa (8/3/2022), Johnson diagendakan bertemu dengan para pemimpin dari empat negara Visegrad, yakni Hongaria, Polandia, Republik Ceko, dan Slovakia. Serangkaian pertemuan pekan ini merupakan bagian dari enam poin rencana yang diresmikan kantor Boris Johnson pada Sabtu (5/3/2022) lalu. Rencana itu dirancang untuk memastikan invasi Rusia ke Ukraina gagal.

Wakil Perdana Menteri Inggris Dominic Raab mengatakan, konflik di Ukraina diprediksi bakal berlangsung selama beberapa bulan, jika tidak sampai bertahun-tahun. Dia menyebut, sekutu internasional perlu menunjukkan “stamina strategis” guna memastikan misi Presiden Rusia Vladimir Putin gagal.

“Misi kami dengan sekutu kami adalah untuk memastikan Putin gagal di Ukraina, dan itu akan memakan waktu. Kita berbicara tentang berbulan-bulan, jika tidak bertahun-tahun. Oleh karena itu kita harus menunjukkan beberapa stamina strategis, karena ini tidak akan berakhir dalam beberapa hari," kata Raab saat diwawancara Sky News, Ahad.

Sama seperti Amerika Serikat (AS), Raab juga meminta Cina, termasuk India, untuk meningkatkan tekanan diplomatik pada Rusia. “Cina mendapat pekerjaan di sini. Mereka juga harus melangkah, ia adalah anggota tetap Dewan Keamanan, dan juga India. Kita perlu memperluas tekanan diplomatik (terhadap Rusia),” ujarnya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler