Rusia Bentuk Koridor Kemanusiaan Baru di Ukraina

Warga sipil yang terjebak di wilayah pengeboman akan dievakuasi ke Rusia dan Belarus.

AP Photo/Evgeniy Maloletka
Warga berjalan di depan apartemen yang hancur di Kota Mariupol, Ukraina, Rabu (2/3/2022).
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengumumkan koridor kemanusiaan baru di Ukraina pada Senin (7/3). Tujuan pembentukan koridor tersebut adalah mengevakuasi warga sipil Ukraina yang terperangkap di wilayah pemboman. Mereka akan diungsikan ke Rusia dan Belarusia.

Baca Juga


Kementerian Pertahanan Rusia mengungkapkan, koridor baru dijadwalkan dibuka pada pukul 10.00 waktu Moskow. Ia akan membentang dari Kiev ke kota timur Ukraina, yakni Kharkiv dan Sumy, serta Mariupol. 

Menurut peta yang diterbitkan kantor berita RIA Novosti, koridor dari Kiev akan mengarah ke Belarusia. Sementara warga sipil dari Kharkiv, hanya diizinkan pergi ke Rusia. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, mereka juga bakal menyediakan penerbangan untuk mengangkut warga sipil Ukraina dari Kiev ke Rusia.

"Upaya pihak Ukraina untuk menipu Rusia dan seluruh dunia beradab, tidak berguna kali ini," kata Kementerian Pertahanan Rusia. 

Sementara itu, seorang juru bicara kepresidenan Ukraina menyebut aksi evakuasi yang dilakukan Rusia tak bermoral. Menurutnya, Moskow memanfaatkan penderitaan rakyat demi membuat citra di televisi. "Mereka adalah warga negara Ukraina, mereka harus memiliki hak untuk mengungsi ke wilayah Ukraina," ujarnya. 

Dia berpendapat, perbuatan Rusia tersebut menjadi salah satu masalah yang menyebabkan koridor kemanusiaan rusak. "Mereka tampaknya setuju dengan mereka, tapi mereka sendiri ingin memberikan bantuan kemanusiaan untuk sebuah gambar di televisi, dan ingin agar koridor mengarah ke mereka," ucapnya.

Pengumuman Rusia tentang pembentukan koridor kemanusiaan baru muncul setelah gagalnya gencatan senjata dengan Ukraina. Hal itu membuat setidaknya 200 ribu warga sipil gagal melarikan diri dari kota Mariupol yang terkepung. Mereka terperangkap tanpa makanan dan air. Sebab Rusia masih intensif melakukan pemboman ke wilayah tersebut. 

Pemboman tanpa henti juga mengakibatkan proses evakuasi terhadap warga yang terluka tak dapat dilakukan. Menurut otoritas Ukraina, separuh warga yang terperangkap di Mariupol rencananya dievakuasi pada Ahad (6/3) lalu. Namun upaya itu batal dilakukan karena gagalnya gencatan senjata. Baik Moskow maupun Kiev saling tuding sebagai pihak yang tak dapat menghentikan penembakan.

Otoritas Ukraina, pada Senin, mengungkapkan, Rusia tengah menyerang kota selatan Mykolayiv. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah memperingatkan, target besar Rusia berikutnya adalah Odessa, kota pelabuhan bersejarah di Laut Hitam yang berpenduduk 1 juta jiwa. Menurut militer Ukraina, saat ini Moskow pun sedang menghimpun sumber daya untuk menyerbu Kiev. 

 

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengklaim Wahsington telah melihat laporan kredibel tentang adanya serangan disengaja yang menargetkan warga sipil. Menurut dia, hal itu bisa mendukung penyelidikan potensi kejahatan perang di Ukraina. 

Zelensky pun telah memperingatkan bahwa Rusia akan menerima konsekuensi jika membidik warga sipil dalam serangannya. "Bagi Anda tidak akan ada tempat yang damai di bumi ini, kecuali kuburan," ujarnya. 

Korban Konflik 

Menurut PBB, jumlah korban sipil yang tewas sejak serangan Rusia pada 24 Februari lalu mencapai 364 orang. Lebih dari 20 di antaranya merupakan anak-anak. Para pejabat Ukraina meyakini, angka kematian sipil masih lebih tinggi dibandingkan data PBB. 

Sementara itu Rusia telah mengumumkan bahwa hampir 500 tentaranya telah gugur dalam pertempuran di Ukraina. Lebih dari 1.500 prajurit lainnya mengalami luka-luka. Angka yang dirilis Moskow sangat kecil jika dibandingkan dengan klaim Ukraina. Kiev mengklaim pasukannya berhasil membunuh lebih dari 11 ribu tentara Rusia. 

 

Ukraina pun mengklaim berhasil menangkap dan menahan ratusan prajurit Rusia, termasuk perwira senior. Kendati demikian, Ukraina belum secara resmi merilis data tentang berapa banyak tentaranya yang telah gugur saat bertempur melawan pasukan Rusia. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler