Rusia Ubah Taktik Hadapi Perlawanan Sengit Ukraina
Rusia dinilai sengaja mengubah taktiknya dengan melancarkan serangan brutal
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Rusia semakin frustasi dan tidak dapat maju dalam invasinya karena perlawanan sengit dari militer dan rakyat Ukraina. Karena itu, Pentagon yakin, kini Rusia sengaja mengubah taktiknya dengan melancarkan serangan brutal dengan tembakan-tembakan jarak jauh, artileri, rudal jelajah dan roket.
"Mereka semakin frustasi, kini mereka mengandalkan apa yang kami sebut tembakan jarak jauh," kata juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) John Kirby pada Selasa (8/3/2022) lalu.
Pernyataan Kirby terbukti dengan serangan udara ke rumah sakit bersalin dan anak di Kota Mariupol pada Kamis (10/3/2022). Serangan tersebut dilaporkan melukai setidaknya 17 orang termasuk seorang perempuan yang sedang bersalin.
Taktik menggunakan rudal panggul jarak jauh ke kota-kota yang belum pasukan Rusia kuasai dan identifikasi menewaskan anak-anak dan non-kombatan. Tampaknya Rusia kesulitan untuk meraih kemajuan di utara, di mana mereka berusaha mendekati ibukota Kiev.
Para pemimpin Pentagon yakin masalah yang tidak terduga ini disebabkan tantangan logistik, lemahnya moral pasukan, dan tidak efektifnya taktik tempur. Serta efektifnya Ukraina dalam menggunakan senjata-senjata pertahanan.
"Saat anda mengandalkan tembakan jarak jauh, anda akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar, dan anda akan membunuh dan melukai lebih banyak orang, dan itu yang kami kira sedang terjadi," kata Kirby.
Dikutip dari the National Interest, Kamis (10/3/2022) senjata jarak jauh yang digunakan Rusia menghantam pemukiman warga antara lain rudal pandu presisi Kalibr. Associated Press melaporkan pasukan Rusia juga menembakan rudal Kalibr ke gedung-gedung pemerintah dan target militer di Kharkiv.
Sebagai rudal pandu presisi, Kalibr mampu menghancurkan target tanpa menyebabkan kerusakan pada area sipil dan pemukiman warga. Fakta ini menunjukkan pasukan Rusia memang sengaja mengincar pemukiman warga dan area sipil.
The National Interest melaporkan Rusia juga menggunakan rudal Iskander yang lebih besar. Rudal itu memiliki hulu ledak konvensional yang lebih besar dari Kalibr dan dapat terbang sejauh 300 mil. Iskander dapat menembakkan munisi tandan, hulu ledak dengan daya ledak tinggi, dan penghancur bunker.
Karena jarak jangkauannya mencapai 300 mil lebih, Iskander dapat menghantam daerah perkotaan dari jarak jauh. Sehingga pasukan Rusia dapat membombardir pemukiman warga dari jarak aman.