Anak Positif Covid-19 Ayah-Ibu Negatif, Isolasi Mandirinya Seperti Apa?
Ayah-ibu ada yang terpikir membiarkan dirinya tertular saat anaknya positif Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika anak terinfeksi Covid-19, belum tentu ayah dan ibunya juga terinfeksi. Perbedaan ini sering kali memicu dilema tersendiri ketika anak, terlebih yang masih berusia sangat kecil, harus menjalani isolasi mandiri (isoman).
Sebagai "jalan pintas", tak jarang orang tua berpikir untuk membiarkan diri tertular Covid-19 dari anak mereka. Terlebih, di tengah gelombang omicron ini gejala yang muncul biasanya ringan seperti flu biasa.
"Anak kena (Covid-19), ibu bapak tidak. Ya Sudah sekalian saja. Itu menurut saya kurang tepat," jelas dokter spesialis anak konsultan penyakit infeksi dan tropis anak dari RS Pondok Indah - Pondok Indah, Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari SpA(K) MTropPaed, dalam virtual small group media discussion bersama RS Pondok Indah Group, dikutip Senin (14/3/2022).
Meski banyak kasus infeksi omicron yang hanya memunculkan gejala ringan, ada pula kasus yang berakhir dengan gejala berat hingga kematian. Ringan atau beratnya gejala Covid-19 yang disebabkan infeksi Omicron ini tak ada yang bisa memprediksi.
"Tidak ada yang bisa meramal, tidak ada yang bisa tahu, tidak ada alat untuk mendeteksi apakah akan sakit ringan atau berat, lebih baik jangan sakit, lebih baik kebal sebelum sakit (dengan vaksinasi)," ungkap Prof Hinky.
Prof Hinky menganjurkan agar orang tua yang negatif Covid-19 tetap menjalani berbagai protokol kesehatan di rumah selama merawat anak mereka. Hal lain yang juga dianjurkan Prof Hinky adalah meminimalisasi kontak dengan anak.
Artinya, bila di rumah ada ayah dan ibu, hanya salah satu saja yang sebaiknya berkontak dengan anak selama anak sakit. Sebagai contoh, hanya ibu saja yang berkontak dengan anak penderita Covid-19 untuk memenuhi berbagai kebutuhan anak selama isolasi mandiri.
Dengan begitu, ayah masih bisa beraktivitas keluar rumah bila ada hal-hal yang diperlukan dalam menunjang kesembuhan anak dan juga kehidupan keluarga sehari-hari. "Jangan ayah dan ibu disatuin (dengan anak yang Covid-19)," ungkap Prof Hinky.
Bila anak yang terinfeksi Covid-19 masih bayi, Prof Hinky mengatakan pemberian ASI masih bisa dilakukan. Yang terpenting, ibu menggunakan masker dan mencuci tangan sebelum serta setelah memberikan ASI.
Selain itu, pemberian ASI sebaiknya dilakukan di ruangan terbuka atau sambil membuka jendela. Akan lebih baik bila ibu sudah vaksinasi Covid-19.
Situasi yang berlawanan juga bisa terjadi, di mana ayah dan ibu positif Covid-19 sedangkan anak negatif Covid-19. Dalam kondisi seperti ini, sebagian orang tua mungkin akan menitipkan anak ke kakek dan nenek mereka yang tinggal di rumah berbeda.
Prof Hinky mengatakan, hal tersebut sebaiknya tidak dilakukan. Alasannya, kakek dan nenek merupakan kelompok yang berisiko bila terpapar Covid-19.
"Kalau di rumah, anak yang negatif bisa sama ART (asisten rumah tangga) atau bagaimana, memang kompleks sekali," ujar Prof Hinky.
Pada dasarnya, hal terpenting yang perlu diperhatikan bila dalam satu rumah ada yang positif dan negatif Covid-19 adalah menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Sebagai upaya pencegahan, seluruh penghuni rumah yang sudah cukup umur sebaiknya segera vaksinasi Covid-19.
Vaksinasi diharapkan dapat membantu mencegah penularan Covid-19. Bila tetap tertular, vaksinasi dapat berperan dalam menekan risiko terjadinya sakit berat hingga kematian akibat Covid-19.
"(Bila sudah vaksinasi) kalau sampai terkena tidak sampai dirawat di rumah sakit, gejalanya ringan, sakitnya cuma tiga hari (berdurasi singkat), tidak berakibat fatal," kata Prof Hinky.