Pemkot Tangsel Catat 1.700 KK Masih Gunakan Jamban 'Helikopter'

Jumlah jamban helikopter diklaim menurun dibandingkan tahun lalu.

Republika/Eva Rianti
Seorang warga melintasi sebuah jamban
Rep: Eva Rianti Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mencatat saat ini ada sebanyak 1.700 kepala keluarga (KK) di Tangsel yang masih menggunakan jamban 'helikopter' sebagai sarana buang air. Angka tersebut diklaim menurun dari tahun sebelumnya dengan angka mencapai 1.824 KK.

Jamban helikopter diketahui merupakan sebutan untuk kakus yang dibangun menggunakan kayu dan karung yang biasanya berada di bantaran sungai. Perilaku masyarakat yang melakukan itu dinilai merupakan perilaku buang air besar sembarangan (BABS).

"Se-Tangsel ada kurang lebih tercatat 1.824 KK tersebar di tujuh kecamatan, pendataan dari forum kota sehat dan hasil pendataan dari dinas teknis. Total dari awal pendataan dari tahun kemarin (2021) kita lakukan alokasi anggaran pembangunannya di beberapa tempat, tapi data sekarang sekitar 1.700-an," ujar Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie, Selasa (15/3/2022).

Menurut penuturannya, pihaknya melakukan intervensi penanganan terkait sanitasi melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Sepanjang setahun terakhir, telah dibangun fasilitas sanitasi yang layak sebanyak sekitar 100 titik, sehingga saat ini angkanya berkurang.

Benyamin mengatakan, pihaknya akan tetap berupaya melakukan pembangunan sanitasi yang layak dan lebih sehat bagi masyarakat. Sehingga jumlah jamban helikopter yang terlampau banyak tersebut dapat diminimalisasi.

"Secara fisik, konstruksi kita bangunkan bagi warga yang punya lahan di rumahnya, tapi bagi yang tidak punya lahan kita desain misalnya menjadi bilik komunal dua tiga rumah tangga itu satu tempat BAB," tuturnya.

Lebih lanjut, untuk mewujudkan upaya tersebut, Benyamin menyebut pihaknya akan bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan swasta untuk berkontribusi di dalamnya. Sehingga pembangunan toilet yang layak bagi masyarakat dapat lebih cepat terealisasi.

"Tetap kita intervensi baik dari APBD maupun melalui program pihak ketiga CSR juga ada bantuannya. (CSR) sudah mulai kegiatannya dari tahun kemarin," ujarnya.

Dia menambahkan, selain upaya berupa pembangunan fisik tempat sanitasi, perlu upaya dari segi lainnya untuk mengurangi kakus yang melenggangkan perilaku BABS masyrakat. "Selain membangun fisik, ada dua sisi yaitu sisi media dan budaya. Kalau sisi media kita mintakan teman-teman di puskesmas untuk melakukan sosialisasi. Sisi budayanya ini peran para tokoh masyarakat peran lurah untuk edukasi meninggalkan kebiasaan BABS," terangnya.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler