Kung Fu Killer : Lebih Dari Film Laga

Racikan Donnie Yen terbaik dalam satu dekade terakhir

network /Lintar Satria Zulfikar
.
Rep: Lintar Satria Zulfikar Red: Partner
Kung Fu Jungle scene. Sumber : Screen Daily

Saya selalu penggemar film laga Asia. Saya tidak tahu sejak kapan. Mungkin sejak layar emas RCTI di zaman Orde Baru yang selalu dipotong dunia dalam berita. Tapi ketika SMA tiba-tiba saya jarang menonton film Asia. Karena waktu itu tidak ada yang bagus.


Saya baru menonton lagi film Asia waktu kuliah yaitu Warriors of the Rainbow: Seediq Bale tahun 2011. Sebelumnya waktu kecil tentu saya menonton film-film lagi Hong Kong dan Taiwan dari Jackie Chan, Jet Lee, Donnie Yen, atau Chow Yun-fat.

Saya akan membicarakan film laga Hong Kong di lain kesempatan. Kali ini saya hanya akan ingin membahas Kung Fu Killer atau Kung Fu Jungle dari Donnie Yen pada tahun 2014.

Film yang disutradari Teddy Chen itu mungkin salah satu dari sedikit film laga Hong Kong yang bagus dalam satu dekade terakhir. Dalam rentang sepuluh tahun ini film laga Indonesia justru lebih baik dari film-film dari negara Asia lain.

Tapi Kung Fu Killer menunjukkan film bela diri Hong Kong masih patut diperhitungkan. Beberapa tahun terakhir film-film Donnie Yen yang populer kebanyakan film-film Hollywood seperti Rogue One spin-off Star Wars, XXX: Return of Xander Cage, dan Mulan. Selain tentu seri Ip Man.

Tapi film-film Hong Kong atau Cina yang ia perankan tidak banyak yang menarik perhatian. Kung Fu Killer menarik perhatian karena koreografinya mengingatkan pada Flash Point.

Sepertinya Donnie Yen menggunakan formula yang sama. Cerita yang sederhana dengan koreografi keras tapi tetap indah dan enak dilihat. Seperti kebanyakan film laga, plot cerita Kung Fu Killer tidak berliku.

Seorang maniak kung fu yang membunuh istrinya karena tidak tega melihat penderitaannya karena penyakit kanker, mulai mengicar pendekar-pendekar kung fu. Satu per satu ia membunuh para ahli kung fu di bidangnya masing-masing.

Mulai dari ahli tinju, tendang, cakar dan senjata. Ia berhasil membunuh mereka semua. Tapi ada satu orang yang ingin ia kalahkan tapi sulit ia temui karena dipenjara. Yaitu Hahou Mo yang diperankan Donnie Yen.

Hahou Mo dipenjara karena tidak sengaja membunuh seseorang dalam duel. Ketika mendengar tentang sebuah pembunuhan Hahou Mo bersikeras untuk membantu polisi menemukan pembunuhnya sebab ia yakin pembunuh itu merupakan pembunuh berantai yang mengincar pendekar kung fu.

Seorang detektif Luk Yuen-Sum akhirnya menerima bantuannya dan membebaskan Hahou Mo dari penjara. Tapi Hahou Mo gagal mencegah kematian sejumlah pendekar. Maniak kung fu yang bernama Fung Yu-Sau justru melukai kekasihnya Sinn Ying.

Akhirnya Hahou Mo dan Fung Yu-Sau saling berhadapan tapi saat Hahou Mo sudah hampir menang ia tidak mau membunuh Fung Yu-Sau. Hahou Mo terserempet truk dan terluka parah. Saat Fung Yu-Sau hendak membunuhnya detektif Luk datang dan menyelamatkannya.

Ceritanya memang sederhana. Sebab film laga tidak butuh plot twist yang berliku dan penuh intrik. Film laga yang baik seperti The Raid atau John Wick hanya butuh tokoh utama yang kuat, musuh yang gila dan koreografi yang indah. Donnie Yen hampir, walau tidak selalu, memberikan ketiganya.

Kung Fu Killer akhirnya lebih dari sekedar film laga. Ia membawa nostagia.

sumber : https://plot.republika.co.id/posts/77602/kung-fu-killer-lebih-dari-film-laga
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler