Nelangsanya MU dan Celotehan Satire Jose Mourinho di Masa Lalu

MU sudah sangat lama tak melakukan selebrasi juara.

The Guardian
Manchester United menjadi juara Liga Europa setelah mengalahkan Ajax dengan 2-0, Rabu (24/5/2017) waktu setempat. Kala itu, MU masih dipimpin Jose Mourinho.
Rep: Anggoro Pramudya Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Pernyataan satire yang sempat dikeluarkan Jose Mourinho untuk bekas klubnya Manchester United (MU) kembali menyeruak. Situasinya dinilai tepat setelah the Red Devils tersingkir dari Atletico Madrid di Liga Champions 2021/2022.

Baca Juga


MU dipaksa menelan pil pahit usai kalah 0-1 dari wakil Spanyol Atletico Madrid pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions. Los Rojiblancos, lolos lantaran menang agregat akhir 2-1 setelah pada pertemuan pertama di Estadio Wanda Metropolitano kedua tim bermain imang 1-1.

Proses MU untuk kembali menjadi salah satu tim terbaik Eropa sirna setelah mereka tak dapat bersaing di semua kompetisi yang diikuti musim ini. Itu bahkan melengkapi lima tahun Iblis Merah tanpa titel gelar juara.

Kini sebuah klip dilansir Manchester Evening, Kamis (17/3/2022) menampilkan komentar eks pelatih MU, Jose Mourinho kembali mengapung dengan pernyataan tentang tidak adanya 'warisan sepak bola' ditubuh Manchester United.

Celotehan itu sejatinya diterbitkan oleh entrenador asal Portugal saat MU tersisih dari kompetisi Eropa oleh Sevilla pada 2018 silam.

Menurut pelatih berusia 59 tahun, sejak terakhir kali menjuarai Liga Champions 2008, MU sudah tidak memiliki warisan sepak bola.

"Setelah kalah di final 2011, pada 2012 MU tersingkir di fase grup. Pada 2013, tersingkir di babak 16 besar, ketika saya berada di sisi lain," kata Mourinho beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, pelatih AS Roma saat ini menambahkan jika pada 2014, Setan Merah tersisih di perempat final dengan 2015 mereka absen di kompetisi Eropa.

"Pada 2016 MU kembali ke Eropa, tapi tersingkir di fase grup, lalu (merosot) ke Liga Europa tetapi gagal di babak knock out kedua," sambung pernyataan Mou.

Sosok yang sukses mempersembahkan treble winners untuk Inter Milan juga menyebut, dalam tujuh tahun terakhir ada empat manajer berbeda menukangi MU, pun banyak pemain pula meninggalkan Theater of Dream.

"MU memainkan Liga Europa 2017 dan menangkan Liga Europa bersama saya untuk kembali ke Liga Champions. Pada 2018, menangkan fase grup dengan 15 poin dan kalah di kandang di babak 16 besar. Ini adalah warisan sepak bola. Dan jika Anda melihat perjalanan Liga Primer Inggris, kemenangan terakhir adalah 2013."

Adapun maksud dari warisan sepak bola yang tidak dimiliki oleh MU bagi Mourinho adalah tentang tidak stabilnya kondisi tim, serta skuad yang selalu berganti-ganti di setiap musimnya.

Musim ini MU masih berjuang untuk memperebutkan tempat keempat alias zona Liga Champions musim depan. Setan Merah sementara berada di posisi kelima dengan perolehan angka 50 dari 14 menang, delapan imbang dan tujuh kekalahan.

Di sisi lain, manajemen klub juga sudah melakukan pergantian pelatih pada satu kampanye 2021/2022 dari Ole Gunnar Solskjaer ke juru taktik sementara Ralf Rangnick.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler