Ada Cemaran Penyebab Kanker, Pfizer Tarik Beberapa Obat Hipertensi

Pfizer tarik obat hipertensi Accuretic dan dua obat versi murahnya akibat cemaran.

kantor Pfizer
Kantor perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) Pfizer (ilustrasi). Pfizer menarik beberapa obat hipertensinya akibat cemaran nitrosamin yang bisa memicu kanker.
Rep: Haura Hafizhah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pfizer Inc mengatakan pihaknya menarik beberapa obat hipertensi Accuretic dan dua obat versi resmi yang lebih murah dari pasaran. Perusahaan menemukan adanya peningkatan kadar nitrosamin, cemaran potensial penyebab kanker.

"Kami belum menerima laporan tentang efek samping yang terkait dengan obat tersebut hingga saat ini," kata salah satu perwakilan perusahaan Pfizer dikutip dari Arab News pada Selasa (22/3/2022).

Baca Juga


Nitrosamin umum ditemukan dalam air dan makanan, termasuk daging yang diawetkan dan dipanggang, produk susu, dan sayuran.  Hanya saja, paparan nitrosamin di atas tingkat yang dapat diterima dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker.

Pfizer mengatakan, tidak ada risiko langsung bagi pasien yang menggunakan obat tersebut. Pasien yang saat ini menggunakan produk tersebut diminta berkonsultasi dengan dokter mereka tentang pilihan pengobatan alternatif.

Pfizer Kanada awal bulan ini juga telah menarik kembali Accuretic karena adanya kontaminan yang sama. Tahun lalu, pembuat obat itu juga menarik kembali pengobatan antimerokoknya, Chantix, karena tingginya tingkat nitrosamin dalam pil.

Cek hipertensi

Hipertensi dan diabetes merupakan penyebab terbanyak penyakit ginjal kronis. Jika tekanan darah tinggi tidak terkontrol, maka pembuluh darah dalam jangka panjang benar-benar kehilangan fungsinya.

Sementara itu, tekanan darah tinggi dapat merusak  pembuluh darah-pembuluh darah yang halus pada ginjal. Inilah yang kemudian bisa memicu jaringan parut di ginjal.

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia telah mengeluarkan konsensus penatalaksanaan hipertensi tahun 2021 sebagai revisi dari konsensus tahun 2019. Konsensus 2021 tetap menekankan perlunya pemeriksaan tekanan darah di luar klinik dan mememperbarui rekomendasi pemeriksaan tekanan di luar klinik.

Awalnya, pemeriksaan di luar klinik ini direkomendasikan bagi semua pasien dengan hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih) yang terdeteksi di klinik. Dengan adanya konsesus baru ini, maka pemeriksaan di luar klinik juga direkomandasikan bagi mereka dengan hipertensi derajat 1 (tekanan darah sistolik 140–159 mmHg/tekanan darah diastolik 90–99 mmHg).

Pemeriksaan dengan ambulatory blood pressure monitoring (ABPM) mulai banyak digunakan di Indonesia, dan dapat menggambarkan dinamika pola tekanan darah pagi dan malam hari. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia akan menerbitkan konsensus tata laksana hipertensi, untuk meningkatkan pengetahuan dan pelayanan hipertensi di Indonesia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler