Barat Terus Perkuat Bantuan Militer Ukraina

NATO mengumumkan rencana memberikan unit tempur baru di 4 negara Eropa timur.

Toshiyuki Inaba/Kyodo News via AP
Petugas memasukkan bantuan yang akan dikirimkan ke Ukraina di Pangkalan Angkatan Udara AS Yokota, Jepang, Rabu (16/3/2022).
Rep: Dwina agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Para pemimpin Barat menumpuk bantuan militer dan kemanusiaan untuk Ukraina pada Kamis (25/3/2022). Mereka pun mengecam invasi Moskow ke Kiev sebagai tindakan barbarisme.

Baca Juga


NATO mengumumkan rencana untuk memberikan unit tempur baru di empat negara Eropa timur dekat Ukraina. Sementara Washington dan London meningkatkan bantuan dan memperluas sanksi ke target baru, termasuk seorang perempuan yang menurut London adalah putri tiri menteri luar negeri Moskow.

"Satu-satunya hal yang paling penting adalah bagi kita untuk tetap bersatu dan dunia terus fokus pada betapa kejamnya orang ini dan semua nyawa orang tak bersalah yang hilang dan hancur," kata Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kepada wartawan di Brussels, merujuk pada Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Putin telah melewati garis merah menuju barbarisme," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Uni Eropa (UE) bersiap untuk mengungkap langkah-langkah melepaskan diri dari energi Rusia. Tindakan ini mungkin akan menaikkan biaya bahan bakar lebih jauh di seluruh benua. 

Moskow memasok 40 persen kebutuhan gas kolektif UE dan lebih dari seperempat impor minyaknya. Langkah-langkah itu berasal dari seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk boikot penuh energi Rusia dan zona larangan terbang di atas Ukraina. 

Moskow menolak tuduhan sebagai pemicu perang. Dis mengatakan Barat yang harus disalahkan atas perang tersebut dengan mempersenjatai rezim Kiev. 

Menurut laporan PBB, invasi Rusia yang dilancarkan pada 24 Februari telah menewaskan ribuan orang, mengirim 3,6 juta orang ke luar negeri, dan mengusir lebih dari setengah anak-anak Ukraina dari rumah mereka. Kota-kota pun hancur, meski pasukan Rusia belum berhasil menguasai kota besar di Ukraina. 

"Dulu Mariupol yang indah dan tiba-tiba berubah menjadi debu," ujar warga kota Mariupol Raisa Kairat di pelabuhan selatan yang terkepung dan telah menjadi gurun.

Wilayah yang terletak di antara Krimea yang dicaplok Rusia dan wilayah timur yang dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia ini menunjukkan ribuan orang berada di ruang bawah tanah dengan sedikit air, makanan, obat-obatan atau listrik. Mereka mencari perlindungan dari pemboman berat Rusia.

 

Meski berhasil merebut beberapa wilayah, termasuk Mariupol, serangan ke kota besar masih dapat ditahan oleh Ukraina.  Padahal Rusia menembak tanpa henti dan serangan bisa ditahan di dekat ibu kota Kiev dan mengepung kota-kota di timur.

Angkatan bersenjata Ukraina mengatakan telah memukul mundur lima serangan Rusia di timur negara itu pada Kamis, menghancurkan kendaraan termasuk tank dan menewaskan hingga 130 tentara. Ukraina juga mengatakan pasukannya telah menghancurkan kapal pendarat Rusia "Orsk" di pelabuhan Berdyansk yang diduduki Rusia.

Kepala staf angkatan bersenjata Ukraina mengatakan Rusia masih berusaha untuk melanjutkan serangan untuk merebut kota Kyiv, Chernihiv, Sumy, Mariupol dan Kharkiv. Di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, ratusan orang bersembunyi di dalam stasiun metro jauh di bawah tanah untuk menghindari serangan rudal Rusia dan penembakan hampir setiap hari. 

Kremlin menuduh NATO memiliki pemahaman yang histeris dan tidak memadai tentang peristiwa di Ukraina. Putin mengatakan ekspansi timur NATO mengancam keamanan Rusia dan memisahkannya dari Ukraina.

Hampir tiga perempat dari anggota Majelis Umum PBB menuntut akses bantuan di Ukraina dan mengkritik Rusia atas situasi kemanusiaan yang mengerikan. Washington mengumumkan bantuan kemanusiaan senilai satu miliar dolar AS lebih untuk Ukraina dan tawaran untuk menerima 100.000 pengungsi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler