Jamin Pangan Aman Selama Ramadhan, NFA: Kita tak Hanya Angka-Angka
Mobilisasi pasokan pangan dari wilayah surplus ke defisit pasti akan dilakukan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) memastikan telah memiliki data lengkap mengenai lokasi surplus produksi pangan yang bisa menjadi penyangga daerah defisit. Dengan data tersebut, NFA menilai langkah stabilisasi pasokan dan harga dapat lebih cepat khususnya saat Ramadhan yang akan tiba.
"Kita tidak hanya angka-angka yang ditampilkan, tapi kita pastikan titik-titik surplusnya di mana. Jadi pada saatnya terjadi kelangkaan, pemerintah bisa segera bertindak intervensi pasar," kata Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, NFA, Andriko Noto Susanto, dalam webinar FMB9, Senin (28/3/2022).
Andriko menjelaskan, mobilisasi pasokan pangan dari wilayah surplus ke defisit pasti akan dilakukan. Pemerintah juga siap memberikan fasilitasi transportasi logistik dalam mobilisasi itu.
Pasalnya, mahalnya harga pangan yang diterima konsumen juga tak lepas dari biaya transportasi antardaerah yang mahal. Dengan cara itu, perbedaan pasokan dan harga antara daerah surplus dan defisit itu tidak terlalu tinggi.
"Jadi, cadangan pangan yang ada itu harus bisa terkonfirmasi agar pada saatnya dibutuhkan kita sudah punya amunisi," kata dia.
Ia mengatakan, pemerintah sudah memiliki standar seberapa besar kenaikan harga pangan pokok yang bisa ditoleransi dan menjadi titik dimulainya intervensi. Namun, ia tak menjelaskan detail persentase kenaikan harga yang bisa ditoleransi tersebut.
Berdasarkan data NFA, khusus untuk produksi pangan yang diproduksi dalam negeri, realisasi produksi hingga akhir Februari sudah sesuai rencana.
Tercatat, produksi beras pada Mei 2022 diproyeksi masih surplus 8,7 juta ton, jagung surpls 3,1 juta ton, bawang merah surplus 92 ribu ton, cabai besar surplus 27,9 ribu ton, serta cabai rawit yang juga surplus 40,3 ribu ton. Sementara itu, daging dan telur ayam ras masing-masing surplus 357,7 ribu ton, dan 98,5 ribu ton, serta minyak goreng surplus 663,4 ribu ton.
Adapun, empat komoditas yang butuh pasokan impor, NFA mendorong agar realisasi impor segera dilakukan. Jika importasi sesuai rencana, maka pasokan diharapkan surplus. Di antaranya kedelai diproyeksi surplus 142,3 ribu ton. Adapun untuk bawang putih surplus sekitar 104,9 ribu ton.
Dua komoditas lainnya, yakni daging sapi diprediksi masih surplus 31,1 ribu ton dan gula surplus 544,2 ribu ton.
Andriko menambahkan, meskipun NFA telah memiliki prognosis neraca pangan hingga Mei 2022 yang menunjukkan kecukupan monitoring harga dan pasokan pekanan tetap dilakukan. NFA juga sudah memiliki early warning system (EWS) dengan basis data laporan per kota/kabupaten.
"Kita monitor harga seperti ini sudah bertahun-tahun jadi ada tren yang hampir mirip. Salah satu mitigasi kita juga sudah berkomunikasi dengan pedagang, jadi ketika harga naik, kita guyur pasar itu dan harga akan stabil," kata dia.
Sementara itu, Wasekjend Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Ahmad Choirul Furqon, mengatakan, erdapat beberapa komoditas yang wajib diwaspadai kenaikannya seperti tahun lalu.
Diantaranya, tepung terigu, telur ayam, daging ayam, daging sapi, cabe rawit, dan minyak goreng.
"Pemerintah harus mewaspadai akan adanya kenaikan harga menjelang bulan Ramadhan. Jika kita melihat tahun lalu, ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan seperti tepung terigu, telur ayam, daging sapi, daging ayam, cabai rawit," ujarnya.
Namun, menurutnya, pemerintah harus memberikan perhatian lebih kepada bawang putih, bawang merah, serta minyak goreng.
Khusus bawang putih, pasokan di Indonesia didominasi oleh bahkan pada 2021 Indonesia menjadi negara dengan kuota impor bawang putih terbesar di dunia.
"Bawang putih merupakan komoditas yang sebagian besar lebih dari separuhnya impor, itu kenapa tahun 2021 kemarin dalam data statistik Indonesia menjadi importir bawang putih terbesar di dunia," katanya.
Adapun untuk minyak curah, Furqon menambahkan, harga pasaran saat ini masih jauh di atas HET. "Bahkan harga minyak curah di pasar tradisional saat ini masih di atas batas wajar dengan harga sekitar 20.000. Keluhan terus menerus mengalir kepada kami," ujarnya.