Memahami Hadits Awal Ramadhan Rahmat, Pertengahan Ampunan, dan Pembebasan Neraka

Hadits keutamaan Ramadhan menunjukkan tentang kedudukan bulan ini

Pixabay
Ilustrasi Ramadhan. Hadits keutamaan Ramadhan menunjukkan tentang kedudukan bulan ini
Rep: Ali Yusuf Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Saat Ramadhan umat Islam sering mendengar teks hadits yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW tentang keutamaan 10 hari pertama Ramadhan adalah rahmat, kedua magfirah (ampunan), dan ketiga pengampunan dari api neraka. Bagaimana derajat hadits ini?

Baca Juga


Teks hadits ini, merupakan penggalan dari hadits yang cukup panjang dari Salman Al Farisi radhiyallahu 'anhu.  

“شهر رمضان أوَّله رحمة، وأوسَطه مغفرة، وآخِره عتق من النار” (Bulan Ramadhan permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirannya adalah pembebasan dari api neraka.” 

Hadits ini diriwayatkan sejumlah ulama hadits, antara lain Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shahih-nya, Ibnu Syahin dalam Fadhail Ramadhan, dan Imam Al Baihaqi dalam kitab Asy-Syu’ab dan dalam Fadhail Al-Awqat.   

Menurut Wakil Ketua MUI, KH Jeje Zanudin, bahwa pembagian 10 pertama dan terakhir hadisnya lemah. 

"Afwan yang saya ketahui. Pembagian keistimewaan Ramadhan 10 pertama , 10 kedua, dan 10 ketiga Haditsnya Dhoif," kata KH Jeje saat diminta penjelasannya tentang 10 hari pertama dan terakhir Ramadhan, Kamis (7/4/2022). 

Sehingga pembagian itu, kata Kiai Jeje, banyak yang menilainya sebagai hadits lemah yang tidak bisa dijadikan rujukan keyakinan kebenarannya dari Nabi SAW.

Terlepas dari penilaian lemahnya hadits tentang pembagian Ramadhan menjadi awalnya rahmat, pertengahannya magfirah, dan akhirnya pembebasan dari neraka, yang jelas bahwa sepanjang Ramadhan adalah rahmat, magfirah dan pembebasan dari neraka. 

Kiai Jeje menegaskan keterangan-keterangan seputar keistimewaan bulan Ramadhan mengindikasikan kesamaan kualiatas seluruh hari dan malam sepanjang bulan Ramadhan dari aspek rahmat dan ampunan Allah SWT.

Kecuali keistimewaan Lailatul Qadar yang ada di salah satu malam ganjil pada sepuluh malam terakhir. "Karena malam itu adalah mengenang dan mengulang peristiwa sakral yaitu proses awal penurun Alquran ke bumi," katanya. 

Inilah kata Wakil Ketua Umum Persis ini, yang disebutkan dalam Alquran surah Al-Qadr ayat 1-5: 

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ  تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ

"Sesungguhnya Kami turunkan Alquran pada malam Qadar. Tahukah kamu apa malam Qadar itu? Malam Qadar itu lebih mulia daripada seribu bulan. Pada malam itu para Malaikat turun dengan membawa segala perintah Tuhan. Selamat sejahtera malam tersebut sampai terbit fajar".

"Karena keistimewaan khusus yang ada pada Lailatul Qadar itulah maka Rasulullahpun mendorong untuk bersungguh sungguh menyongsong malam itu secara khusus," katanya.

Baca juga: Motif Tentara Mongol Eksekusi Khalifah Terakhir Abbasiyah dengan Dilindas Kuda

Dalam upaya menyambut kemuliaan Lailatul Qadar itu pula maka beliau meningkatkan kesungguhan ibadahnya apabila sudah masuk sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Bahkan beliau mengkhususkan diri berkonsentrasi penuh beribadah di sepuluh hari terakhir tersebut dengan melaksanakan i'tikaf di dalam masjid. 

"Selain beliau sendiri yang meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah, beliau juga menyeru dan mengajak keluarga dan umatnya untuk melakukan hal yang sama," katanya.    

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler