Masjid Jogokariyan Berdiri Usai Kolonel Sarwo Edhie dan RPKAD Basmi PKI
Usai RPKAD berhasil menyelesaikan operasi G30S/PKI, Masjid Jogokariyan bisa didirikan.
JAKARTA -- Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengisi tausiyah Ramadhan di Masjid Jogokariyan, Kota Yogyakarta, Rabu (6/4/2022), menjelang waktu berbuka puasa. Kedatangan AHY disambut Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Ustadz Muhammad Jazir. Ternyata, ada peran kakek AHY dalam pendirian Masjid Jogokariyan.
Hal itu lantaran masjid yang dikenal dengan saldo jariyah nol rupiah tersebut berdiri setelah operasi penumpasan Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) berhasil. Hal itu setelah Komadan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo berhasil membersihkan Kota Yogyakarta dari pengikut PKI yang memberontak pada 1965.
"Warga Jogokariyan dan jamaah masjid kita bersyukur sore hari ini tanpa kita duga kita kedatangan tamu istimewa Bapak Agus Harimurti Yudhoyono. Kalau Bapak lihat ini logo Masjid Jogokariyan itu ada tahun 1966. Jadi kampung ini dulu adalah wilayah operasi Resimen Para Komando Angkatan Darat," ujar Ustadz Jazir.
"Pertama pasukan RPKAD dipimpin langsung Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, ditinggal satu Kompi Kapten Raharjo. Masjid ini belum ada. Kalau penumpasan operasi G30S/PKI tidak berhasil, di sini tidak berdiri masjid," ucap Jazir menjelaskan sejarah pendirian Masjid Jogokariyan kepada AHY.
Selaku cucu Jenderal (Purn) Sarwo Edhie, AHY pun menuliskan pengalamannya berkunjung ke Masjid Jogokariyan. Dia mengaku, sepulang dari Pondok Pesantren (Ponpes) Krapyak, langsung mengunjungi Masjid Jogokariyan yang dibangun tahun 1966-1967. "Sesuai namanya, masjid ini terletak di Jalan Jogokariyan, tepatnya Nomor 36, Yogyakarta," ucap AHY.
Dia menyebut, setiap bulan Ramadhan, menjelang berbuka puasa, di Jalan Jogokariyan ditutup untuk kendaraan bermotor. Tujuannya agar tidak menimbulkan kemacetan, karena masyarakat sedang asyik melakukan jual beli makanan untuk menyambut berbuka. "Ada takoyaki, pecel, es semangka India, rujak cingur, juga ada es dawet inyong tepat di depan masjid, serta masih banyak lagi," kata AHY yang ikut membeli makanan berbuka.
Ketika menyusuri jalanan menuju Masjid Jogokariyan, ia mendapati suasana sekitar benar-benar sedang hiruk-pikuk. "Jalan kita pun harus pelan-pelan supaya nggak saling tabrakan. Saya butuh waktu sekitar 30 menit menembus ribuan manusia, dari ujung Jalan Jogokariyan hingga ke masjidnya, yang ada di bagian tengah," ucap putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut.
Tiba di Masjid Jogokariyan, AHY diterima para pengurus masjid, salah satunya Ustadz Jazir. Dia pun mendapatkan peci khas Jogokariyan yang diberikan Ustadz Jazir, sebagai tanda resmi menjadi warga Jogokariyan. "Saya bangga sekali menjadi bagian dari warga Jogokariyan," ujarnya.
AHY melanjutkan, Ustadz Jazir juga bercerita bahwa berdirinya Masjid Jogokariyan sedikit banyak adalah karena jasa Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo, yang sedang memberantas gerakan PKI di wilayah tersebut. "Kalau tidak ada Pak Sarwo Edhie yang memberantas PKI, Masjid Jogokariyan tidak akan berdiri sampai saat ini," kata AHY menirukan ucapan Ustadz Jazir.
Dia menyebut, pada 1965, konon kondisinya saat itu, para alim ulama bentrok dengan PKI. Tidak sedikit para ustadz dan alim ulama, serta guru ngaji yang dibunuh PKI. Beruntung kedatangan RPKAD yang sekarang bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) akhirnya bisa membasmi PKI dari Jogokariyan dan Kota Yogyakarta. "Mendengar hal itu, saya menjadi terharu. Saya langsung berdoa supaya kakek saya, Eyang Ageng, panggilan Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, diterima amal baiknya, sekaligus diampuni segala dosa-dosanya. Aamiin YRA," kata AHY.