Laporan: China Ambil Organ Tahanan Diduga Muslim Uyghur

Transplantasi organ marak di China termasuk diduga dari Muslim Uyghur

M. Irfan Ilmie/ANTARA
Suasana menjelang maghrib di depan Masjid Idkah, Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, China (ilustrasi). Transplantasi organ marak di China termasuk diduga dari Muslim Uyghur
Rep: Mabruroh Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Para ilmuwan dalam sebuah makalah ilmiah yang diterbitkan awal pekan ini menyatakan, bahwa dokter China telah mengambil organ vital dari pasien yang masih hidup sehingga menyebabkan kematian mereka. Diduga para korban yang diambil organnya ini adalah para tahanan.

Baca Juga


 

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa kelompok hak asasi manusia juga menuduh China mengambil organ dari anggota minoritas Muslim Uyghur yang ditahan.

 

“Kemungkinan besar organ-organ ini diambil dari para tahanan,” kata laporan itu dilansir dari Alaraby, Senin (11/4/2022).

 

Temuan itu menimbulkan kekhawatiran tentang nasib ribuan anggota minoritas Muslim Uyghur China, yang ditahan di kamp kerja, yang secara luas dikecam aktivis hak asasi manusia sebagai 'genosida'.

 

Seorang mahasiswa doktoral dalam bidang politik dan hubungan internasional di Universitas Nasional Australia di Canberra, Mathew Robertson dan Prof  Jacob Lavee, yang menjabat sebagai presiden Masyarakat Transplantasi Israel, menganalisis 2.800 artikel ilmiah dalam bahasa China yang berhubungan dengan transplantasi jantung dan paru-paru.

 

Para peneliti menemukan bukti bahwa dalam jumlah kasus yang sangat tinggi, organ telah diambil dari orang yang masih hidup.

 

"Dalam 71 makalah, kami menemukan bukti yang jelas dan tegas bahwa kematian otak tidak ditentukan sebelum operasi pengambilan organ dimulai," kata Lavee kepada harian Israel Haaretz. Ini berarti bahwa pengambilan organ adalah penyebab langsung kematian pasien.

 

“Jelas bahwa semua subjek yang menjalani operasi yang dijelaskan di koran harus menjadi tahanan," tambah Lavee. "Tidak ada sistem donor organ sukarela alternatif selama waktu tersebut,” ujarnya.

 

Baca juga: Motif Tentara Mongol Eksekusi Khalifah Terakhir Abbasiyah dengan Dilindas Kuda

China mengatakan pada 2014 akan menghentikan pengambilan organ dari tahanan, bertahun-tahun setelah secara resmi mengakui bahwa tahanan yang dieksekusi menyediakan setidaknya dua pertiga organ yang digunakan untuk transplantasi di China.

 

Lavee dan Robertson tidak menemukan bukti bahwa pengambilan organ pada pasien yang masih hidup telah terjadi sejak tanggal tersebut, yang berarti bahwa baik China telah menerapkan reformasi atau bukti dari praktik semacam itu sekarang lebih tersembunyi.

 

 

Aktivis hak asasi manusia dan pakar asing menuduh bahwa puluhan ribu organ terus diambil setiap tahun dari anggota minoritas yang dianiaya negara di China dan dijual untuk transplantasi.

Sekitar 15 juta anggota minoritas di Provinsi Xinjiang China, termasuk Muslim Uyghur, menjalani pemeriksaan medis untuk memeriksa kecocokan organ untuk transplantasi, peneliti Ethan Gutmann mengatakan kepada harian Israel Haaretz pada 2020.

Pada 2019, kelompok aktivis China Tribunal yang berbasis di Australia mengatakan kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB bahwa pihak berwenang Tiongkok mengambil organ dari orang-orang Uyghur yang dianiaya dan anggota kelompok agama Falun Gong.

China adalah penyedia besar transplantasi organ. Pernyataan publik China telah mengungkapkan bahwa lebih dari 50 ribu transplantasi organ akan dilakukan pada 2023.

Ini juga merupakan tujuan yang dikenal untuk ‘wisata organ’, menarik para pencari transplantasi dari Jepang, Korea dan, juga Muslim dari negara-negara Teluk yang lebih memilih ‘organ halal’ atau yang diambil dari Muslim seperti Uyghur, menurut Gutmann.

“Rumah sakit China mengiklankan waktu tunggu hanya beberapa pekan untuk transplantasi organ, dibandingkan dengan Barat (yang menunggu dalam hitungan) bulan dan tahun,” Lavee menyoroti.

"Orang China terus mengiklankan penjualan organ untuk transplantasi turis di internet dalam bahasa Inggris, Rusia, dan Arab,” ujar dia.

Sampai saat ini, para ilmuwan dan aktivis tidak memiliki dokumen resmi yang menghubungkan lalu lintas yang mengerikan ke negara China, yang telah membantah tuduhan tersebut.

Baca juga: Calon Presiden Prancis Marine Le Pen Bersumpah akan Larang Jilbab Jika Terpilih

"Pemerintah China selalu mengikuti pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang transplantasi organ manusia, dan semakin memperkuat administrasi transplantasi organ dalam beberapa tahun terakhir," kedutaan besar China di Israel mengatakan kepada Haaretz setelah pengungkapan tersebut.

Sebuah "genosida" yang terdokumentasi dengan baik telah diluncurkan oleh otoritas China terhadap komunitas minoritas Muslim di Xinjiang, yang melibatkan penahanan massal dan indoktrinasi.

 

Sumber: alaraby  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler