Ini Cara Agar tak Alami Anosmia Saat Terinfeksi Covid-19
Peneliti tak sengaja temukan cara menghindari anosmia saat terkena Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehilangan indra penciuman dan perasa merupakan gejala yang kerap ditemukan pada kasus Covid-19. Uniknya, sekelompok peneliti dari Yale School of Medicine secara tak sengaja menemukan cara untuk mencegah terjadinya gejala tersebut pada pasien Covid-19.
Ketidaksengajaan ini bermula pada 2020 ketika tim peneliti yang dipimpin oleh spesialis penyakit menular Joseph Vinetz MD melakukan sebuah studi. Studi tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah obat oral untuk pengobatan pankreatitis bisa menurunkan muatan virus SARS-CoV-2 dan memperbaiki gejala pada pasien Covid-19.
Obat yang diteliti dalam studi ini bernama camostat mesylate. Berdasarkan hasil studi, obat ini ternyata tak memberikan pengaruh berarti dalam menurunkan muatan virus SARS-CoV-2 pada pasien Covid-19.
Akan tetapi, tim peneliti dikejutkan oleh efek lain yang diberikan obat tersebut kepada para pasien Covid-19. Tim peneliti menemukan bahwa pasien Covid-19 yang menerima camostat mesylate tidak mengalami gejala kehilangan indra penciuman atau perasa.
"Itu merupakan sebuah faktor 'wow'," jelas Dr Vinetz, seperti dilansir Neuroscience News, Senin (11/4/2022).
Temuan ini menjadi penting karena kehilangan indra penciuman atau anosmia dan kehilangan indra perasa merupakan keluhan yang kerap dialami pasien Covid-19. Pada kebanyakan kasus, perubahan pada kedua indra ini memang kembali membaik seiring dengan masa pemulihan. Namun, ada pasien Covid-19 yang mengalami gejala anosmia dan kehilangan indra perasa dalam jangka waktu yang lebih panjang.
"Putri saya terkena Covid-19 satu tahun lalu dan dia masih mengalami masalah penciuman dan perasa," jelas peneliti lain Dr Gary Desir dari Departemen Penyakit Dalam.
Dr Desir mengatakan studi terbaru ini menunjukkan bahwa camostat mesylate memiliki kemampuan untuk memodulasi gejala kehilangan indra penciuman dan perasa pada pasien Covid-19. Di sisi lain, obat camostat mesylate memiliki efek samping yang sangat minim dan telah banyak dipelajari atau diteliti.
"Ini bisa menjadi terapi pengobatan yang diberikan kepada penderita Covid-19 di awal terjadinya infeksi," jelas Dr Desir.
Bila nanti mendapatkan izin untuk digunakan dalam pengobatan Covid-19, para peneliti meyakini obat ini akan membawa perubahan besar. Selain dapat mencegah gejala yang mengganggu, obat ini juga dapat membuat biaya pengobatan Covid-19 menjadi lebih terjangkau.
"Ide kami adalah semua orang mengonsumsi obat ini bila terdiagnosis (Covid-19), karena sulit untuk memprediksi siapa yang akan kehilangan indra penciuman atau rasa, dan lebih baik mencegahnya daripada menunggunya terjadi," jelas Dr Desir.
Tim peneliti juga mendapati bahwa keluhan lelah tampak lebih rendah pada pasien Covid-19 yang menerima camostat mesylate dibandingkan pasien yang menerima plasebo. Secara umum, pasien Covid-19 yang mengonsumsi camostat mesylate juga memiliki kondisi kesehatan yang lebih baik secara umum setelah emapt hari.
"Dan pada dasarnya tidak ada efek merugikan pada kelompok (yang mendapatkan) camostat mesylate," jelas Dr Vinetz.
Studi ini telah diunggah dalam situs preprint namun belum dipublikasikan dalam jurnal yang diulas rekan sejawat. Studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui apakah obat ini bisa membantu memperbaiki gejala kehilangan indra penciuman atau perasa yang sudah terjadi.