Cara Menjaga Pola Makan Selama Bulan Suci Ramadhan

Berpuasa di siang hari dapat mengubah kebiasaan makan dan tidur,

Prayogi/Republika
Ilustrasi Berpuasa
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Muslim di seluruh dunia saat ini sedang menjalankan puasa di bulan suci Ramadhan. Selama bulan ini, umat Muslim umumnya fokus pada refleksi diri, pemurnian spiritual dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan.

Baca Juga


Meski demikian, berpuasa di siang hari dapat mengubah kebiasaan makan dan tidur, yang memengaruhi jam biologis dan metabolisme tubuh. Oleh karena itu, saat Ramadhan umat Islam juga harus memperhatikan penyediaan metabolisme yang melambat karena dehidrasi dan kelaparan, dengan air yang cukup dan nutrisi seimbang untuk melewati periode ini dengan cara yang sehat.
 
Ahli diet Özge Toy mengatakan puasa dapat menjadi terapi bagi tubuh, karena memfasilitasi ekskresi akumulasi lemak dan sel-sel yang rusak dalam tubuh serta meningkatkan fungsi sistem dan organ endokrin.  Namun, dia memperingatkan setiap orang perlu berhati-hati tentang nutrisi mereka selama proses detoks ini.
 
Salah satu kesalahan paling umum yang dilakukan di bulan Ramadhan adalah konsumsi cairan yang tidak mencukupi. Toy mengatakan kebanyakan orang berkonsentrasi mengonsumsi makanan karena waktu yang terbatas.
 
"Kekurangan cairan dapat menyebabkan banyak penyakit seperti dehidrasi, kabut otak, edema dan batu ginjal. Oleh karena itu, setiap orang harus minum setidaknya delapan gelas air di antara waktu buka puasa dan sahur," kata dia dikutip di Daily Sabah, Jumat (22/4/2022).
 
Bagi seorang wanita jumlah air yang perlu dikonsumsi sebanyak 1,5-2 liter air, sementara bagi pria angka yang seharusnya sebanyak 2-2,5 liter.
 
 

Ahli gizi ini juga mengatakan orang yang berpuasa harus memperhatikan konsumsi makanan dan minuman dengan kandungan air yang tinggi. Penting pula untuk tidak beralih ke minuman berkafein, seperti teh dan kopi, untuk mencegah dehidrasi.
 
Dalam hal makanan untuk buka puasa dan sahur, Toy mengatakan menu yang disantap harus mengandung banyak serat dan protein yang cukup. Setengah dari piring harus terdiri dari sayuran, seperempat makanan berprotein, dan seperempat sereal atau karbo.
 
Makanan yang mudah dicerna disebut lebih bagus untuk dikonsumsi. Berbagai jenis makanan harus dikonsumsi secara bergantian, agar usus tidak terpengaruh.
 
"Jika makanan utama sayuran dikonsumsi satu hari, kacang-kacangan lebih baik dikonsumsi pada hari berikutnya, dan daging, ayam atau ikan dapat disiapkan untuk hari berikutnya lagi. Singkatnya, makanan harus dari satu jenis dan dikonsumsi secara bergantian," lanjutnya.
 
Selain itu, Toy menyarankan makanan yang sangat asin dan manis harus dikeluarkan dari meja. Umat Muslim harus menghindari mengkonsumsi makanan dengan bahan aditif sebanyak mungkin.
 
Di sisi lain, ia menekankan banyak mengonsumsi antioksidan, vitamin dan mineral dengan meningkatkan konsumsi sayuran dan buah-buahan adalah suatu keharusan.
 
 

Tak hanya itu, ia juga mengingatkan agar memasak makanan dengan cara yang benar, menurut Toy. Makanan yang diolah harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian, untuk menjaga vitamin, mineral dan asam lemak yang sehat.
 
"Makanan harus dimasak tanpa terkena panas yang terlalu tinggi atau terbakar. Kita dapat meminimalkan kehilangan vitamin dan mineral dengan merebus bahan.  Alih-alih menggoreng, kita harus memasak dengan uap, di oven atau dengan direbus di atas kompor," ujar dia.
 
Toy lantas mengulangi pentingnya mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kesehatan selama Ramadhan. Camilan bisa dikonsumsi dua jam setelah makan buka puasa.
 
Untuk makanan ringan, buah-buahan musiman, kacang mentah yang merupakan sumber asam lemak sehat dan produk susu fermentasi seperti kefir dan yogurt disebut dapat dikonsumsi. Air mineral, teh herbal dan kombucha juga bisa diminum untuk memperlancar pencernaan.
 
Topik kontradiktif lainnya tentang makanan selama Ramadhan adalah konsumsi makanan penutup. Ia menyebut mengonsumsi makanan penutup tepat setelah berbuka puasa adalah kesalahan umum lainnya.
 
Menurutnya, makanan yang dikonsumsi setelah puasa dapat meningkatkan gula darah. Sementara gula darah tinggi dalam dua jam pertama, mulai menurun secara bertahap pada jam ketiga dan keempat setelah makan.
 
Makanan penutup yang dikonsumsi segera setelah makan menyebabkan gula darah meningkat secara berlebihan. Tubuh mengeluarkan kelebihan insulin untuk menyeimbangkan kelebihan gula darah ini. Meski nantinya kelebihan gula disimpan sebagai lemak, perubahan yang tiba-tiba ini mengganggu metabolisme tubuh.

 

Karena itu, makanan penutup sebaiknya dikonsumsi dua hingga tiga jam setelah buka puasa. Toy merekomendasikan untuk mengonsumsi makanan manis seperti makanan penutup buah ringan, makanan penutup berbahan susu atau es krim, daripada makanan penutup serbat berat seperti baklava Turki. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler