Belajar dari Kasus Hailey Bieber, Betulkah Minum Pil KB Bisa Picu Serangan Strok?
Hailey Bieber mengalami gejala strok ringan dan mengaitkannya dengan pil KB.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari sebulan silam model Hailey Bieber dirawat di rumah sakit setelah mengidap gejala menyerupai strok. Hailey menyampaikan diagnosis dokter adalah serangan iskemik transien (TIA) atau strok ringan.
Dalam video Youtube yang diposting Rabu (27/4/2022), Hailey menyebutkan faktor-faktor yang kemungkinan menyebabkan dirinya mengidap strok ringan. Dia baru sembuh dari Covid-19 dan melakukan penerbangan panjang dari Paris, Prancis ke Los Angeles, Amerika Serikat.
Pemicu lain ialah lubang di jantungnya, riwayat migrain, serta kebiasaan minum pil pencegah kehamilan alias pil KB. Dengan pernyataan Hailey, haruskah perempuan yang mengonsumsi kontrasepsi oral menjadi khawatir?
Ahli saraf dari Northwell Health di New York City, Amerika Serikat, Gayatri Devi, mengulas pernyataan Hailey. Menurut Devi, beberapa hal yang diduga sebagai pemicu menurut selebritas 25 tahun itu memang benar.
"Covid-19 memang meningkatkan risiko strok, terutama pada bulan pertama setelah Anda mengidapnya, tapi setelah itu kondisi tubuh akan normal kembali," ungkap Devi, dikutip dari laman Today, Jumat (29/4/2022).
Mengenai penerbangan jarak jauh, Devi mengatakan risiko strok dapat meningkat. Pasalnya, seseorang ada dalam posisi diam dalam waktu lama. Itu lebih mungkin menyebabkan pembekuan darah di kaki yang kemudian dapat naik ke otak.
Soal lubang di jantung (yang telah ditutup oleh dokter) turut menjadi faktor yang berkontribusi. Devi menyebutnya foramen ovale paten atau lubang kecil di antara dua ruang atas jantung, yang biasanya menutup segera setelah lahir.
Devi membenarkan pula bahwa alat kontrasepsi mungkin menjadi faktor penyebab serangan iskemik transien. Terlebih, Hailey tidak berkonsultasi dengan dokter sebelum meminum pil tersebut.
Migrain yang diidap Hailey memiliki 'aura'. Istilah itu merujuk pada gejala neurologis yang dapat meningkatkan risiko strok pada perempuan.
Itu merupakan kontraindikasi untuk konsumsi pil pengendalian kesuburan. Devi menyarankan siapa pun yang akan mengonsumsi pil kontrasepsi terlebih dulu menghubungi profesional medis untuk mendiskusikan kondisi masing-masing.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Orlando Health Winnie Palmer Hospital for Women & Babies, Christine Greves, turut menyoroti konsumsi pil kontrasepsi. Greves menyampaikan perempuan pengidap migrain yang berusia di atas 35 tahun tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi tersebut.
Tidak jelas mengapa riwayat migrain dapat meningkatkan risiko strok, tetapi Greves mengatakan ada hubungan antara keduanya. Dia menyadari kasus Hailey mungkin tampak menakutkan bagi jutaan perempuan yang menggunakan pil KB.
Meski demikian, perempuan tidak perlu khawatir jika sudah mengambil tindakan pencegahan yang benar. Langkah antisipasi itu ialah berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan sebelum mengonsumsi pil KB.
Lakukan konsultasi untuk memonitor kondisi sekitar satu sampai dua bulan setelahnya. Setiap melakoni pemeriksaan fisik tahunan, diskusikan metode pengendalian kelahiran dengan profesional medis.
Orang yang minum pil KB juga disarankan menjaga kolesterol dan tekanan darah mereka dalam kisaran normal, aktif bergerak, serta tidak merokok. Greves berpendapat, kecil kemungkinannya seseorang yang menggunakan pil KB tanpa faktor risiko strok akan mengalami strok.
"Tapi itu masih mungkin, itulah sebabnya kami membicarakannya," ujarnya.