Rusia Gunakan Lumba-Lumba Lindungi Pangkalan Angkatan Laut di Laut Hitam
Tahun 1960-an, Rusia juga melatih dan mengerahkan hewan laut untuk tujuan militer.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Citra satelit yang diambil dari perusahaan Amerika Serikat (AS) Maxar menunjukkan militer Rusia melatih lumba-lumba untuk melindungi pangkalan angkatan laut Laut Hitam di Krimea dari serangan bawah air. Menurut data yang dianalisis oleh asosiasi militer profesional nirlaba Institut Angkatan Laut AS, dua kandang lumba-lumba ditempatkan di pintu masuk pelabuhan Sevastopol sekitar awal invasi Rusia ke Ukraina pada Februari lalu.
Pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan utama kepentingan militer Rusia. Banyak kapal Rusia yang berlabuh di sana dengan aman. Namun, itu tidak menutup kemungkinan mereka masih mendapat serangan bawah air. Oleh karena itu, militer Rusia memanfaatkan lumba-lumba hidung botol yang terlatih atau Tursiops truncatus untuk pertahanan mereka.
Sejak tahun 1960-an, Rusia juga melatih dan mengerahkan hewan laut untuk tujuan militer. Sepanjang Perang Dingin, baik AS dan Uni Soviet mengembangkan program mamalia laut. AS menggunakan lumba-lumba dan singa laut California dan Uni Soviet mengerahkan lumba-lumba di perairan hangat, paus beluga, dan anjing laut di wilayah Arktik.
Angkatan Laut Soviet menggunakan Sevastopol sebagai pangkalan untuk melatih dan mengirim lumba-lumba dalam operasi selama Perang Dingin. Setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991, unit mamalia laut berada di bawah kendali Ukraina.
Menyusul aneksasi Krimea oleh Rusia pada 2014, unit lumba-lumba jatuh ke tangan Rusia. Ukraina menuntut pengembalian hewan-hewan itu, tetapi permintaannya ditolak oleh Rusia.
Alasan Rusia menggunakan lumba-lumba karena mereka dapat berkomunikasi melalui peluit bernada tinggi, merasakan objek, dan menentukan jarak melalui ekolokasi. Lumba-lumba yang terlatih secara khusus menggunakan sonar alami untuk mendeteksi dan menarik perhatian ke ranjau laut atau penyelam musuh. Rusia juga mengklaim menemukan cara baru untuk memanfaatkan kemampuan pendeteksian lumba-lumba.
“Spesialis kami mengembangkan perangkat baru yang mengubah deteksi target sonar bawah air lumba-lumba menjadi sinyal ke monitor operator. Angkatan Laut Ukraina kekurangan dana untuk pengetahuan itu dan beberapa proyek harus dihentikan,” kata seorang sumber kepada kantor berita Rusia RIA Novost, dikutip Live Science, Ahad (1/5/2022).
Ini bukan pertama kalinya mamalia laut Rusia terlihat. Forbes melaporkan pada tahun 2018, citra satelit mengungkapkan Rusia telah mengerahkan lumba-lumba di sebuah pangkalan di Tartus, Suriah selama perang Suriah. Setahun kemudian, para nelayan Norwegia melaporkan paus beluga yang jinak secara mengejutkan telah mengganggu perahu mereka saat mengenakan tali kekang yang bertuliskan “Peralatan St. Petersburg.”