Belarusia Klaim Berupaya Akhiri Perang Rusia-Ukraina

Belarusia meyakini perang Rusia-Ukraina tak akan berlarut-larut.

AP Photo/Markus Schreiber
Presiden Belarus Alexander Lukashenko mendengarkan pertanyaan selama wawancara dengan The Associated Press di Istana Kemerdekaan di Minsk, Belarus, Kamis, 5 Mei 2022.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan, negaranya telah dan akan melakukan segala upaya untuk menghentikan perang di Ukraina. Dia pun menilai, “operasi militer” Rusia di Ukraina tidak akan berlarut-larut.

Baca Juga


“Kami dengan tegas tidak menerima perang apa pun. Kami telah melakukan dan sedang melakukan segalanya sekarang sehingga tidak ada perang,” kata Lukashenko dalam sebuah wawancara dengan Associated Press, Kamis (5/5/2022).

Kendati demikian, Lukashenko menganggap Ukraina telah memprovokasi Rusia. Menurutnya, Kiev pun tidak menunjukkan kerja sama dalam keperluan negosiasi. “Mengapa Ukraina, yang wilayahnya sedang berlangsung perang, aksi militer, orang-orang sekarat, mengapa Ukraina tidak tertarik dengan negosiasi ini?” ucapnya.

Selama ini Belarusia dipandang sebagai sekutu Rusia. Lukashenko telah secara terbuka menyatakan bahwa dia mendukung “operasi militer” Rusia di Ukraina. Dia sempat menuding Kiev mempunyai rencana untuk menyerang Belarusia. Namun hal itu terlebih dulu dicegah oleh Rusia.

Awal pekan ini militer Belarusia mengumumkan latihan cepat yang menimbulkan kekhawatiran di Ukraina. Lukashenko sudah menekankan, latihan itu tidak mengancam siapa pun. “Kami tidak mengancam siapa pun dan kami tidak akan mengancam serta tidak akan melakukannya. Selain itu, kami tidak dapat mengancam, kami tahu siapa yang menentang kami. Jadi untuk melepaskan semacam konflik, semacam perang di Barat, sama sekali bukan untuk kepentingan negara Belarusia. Barat bisa tidur nyenyak,” tutur Lukashenko.

Kendati dianggap condong ke Moskow, Belarusia sempat menjadi tuan rumah perundingan pertama Rusia dan Ukraina pasca pecahnya pertempuran pada 24 Februari. Pertemuan kedua pun berlangsung di sana. Namun setelah itu Ukraina meminta agar pertemuan untuk membahas gencatan senjata digelar di tempat yang lebih netral.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler