Sudahkah kita Mendapatkan Kebahagiaan?
Keadaan setiap manusia berbeda-beda. Ada yang sakit dan ada yang sehat.
Keadaan setiap manusia berbeda-beda. Ada yang sakit dan ada yang sehat. Ada yang berkecukupan dan ada yang kekurangan. Ada yang tinggi status sosialnya dan ada yang tidak tinggi. Ada yang menjadi penguasa dan ada pula yang menjadi rakyat.
Demikianlah perbedaan yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut jika tidak disikapi dengan semestinya akan dapat menimbulkan kegelisahan, kegundahan, kegalauan, kesedihan dan berbagai penderitaan batin. Bagaimana kunci menggapai kebahagiaan dalam keadaan yang berbeda tersebut?
Ada sebuah ungkapan dari Imam Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin (II/202) yang sepantasnya untuk direnungkan kembali. Beliau mengatakan,
فَالرِّضَا بِالْقَضَاءِ مِنْ أَسْبَابِ السَّعَادَةِ. وَالتَّسَخُّطُ عَلَى الْقَضَاءِ مِنْ أَسْبَابِ الشَّقَاوَةِ.
"Rela terhadap ketetapan adalah termasuk sebab-sebab kebahagiaan dan murka terhadap ketetapan termasuk sebab-sebab kesengsaraan".
Dalam pernyataan tersebut diketahui bahwa di antara kunci menggapai kebahagiaan adalah adalah menghadapi segala ketetapan dan takdir Allah dengan hati yang rela menerimanya. Hal itu karena Allah tidaklah menetapkan sesuatu melainkan di sana terdapat hikmah yang amat besar. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi, melainkan di dalamnya terdapat hikmah.
Allah Maha Bijaksana (Al-Hakim).
Allah telah memberi nama diri-Nya dengan nama Al-Hakim (Dzat Yang Maha Bijaksana). Nama ini telah terulang-ulang dalam Al-Qur’an. Dr Thariq bin Sa’id Al-Qahthani menyebutkan dalam kitabnya al-Mathalibul Mufidah Fi Masailil Aqidah (I/411) bahwa nama Al-Hakim telah disebutkan sebanyak 94 (Sembilan puluh empat) kali dalam kitabullah. Salah satunya adalah
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
"Mereka (para malaikat) mengatakan, “Mahasuci Engkau, tidak ada ilmu bagi kami kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami. sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui Maha Bijaksana”. (QS. Al-Baqarah: 32).
Dalam kitab Tafsirul Qur’anil ‘Adhim (I/225),Imam Ibnu Katsir - rahimahullah - mengatakan ketika menafsirkan ayat di atas,
الْعَلِيمُ بِكُلِّ شَيْءٍ، الْحَكِيمُ فِي خَلْقِكَ وَأَمْرِكَ وَفِي تَعْلِيمِكَ مَنْ تَشَاءُ وَمَنْعِكَ مَنْ تَشَاءُ، لَكَ الْحِكْمَةُ فِي ذَلِكَ، وَالْعَدْلُ التَّامُّ.
“Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, Maha Bijakasana ketika menciptakanmu, memerintahkan kepadamu, mengajarimu apa yang engkau kehendaki, dan menghalangimu dari apa yang engkau kehendaki. Engkau memiliki hikmah dan keadilan yang sempurna dalam hal itu semua”.
Ada Kisah menarik
Ada sebuah kisah menarik yang telah dimuat dalam Syarah Riyadhish Shalihin oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin –rahimahullah - (II/84) bahwa ada seseorang yang akan naik pesawat dari Riyadh menuju Jeddah. Ia menanti di ruang tunggu lalu tertidur sampai akhirnya terlambat naik pesawat. Ia menyesal dan amat sedih atas kejadian tersebut. Beberapa waktu setelah itu, ia mendapatkan kabar bahwa pesawat yang ingin ia naiki tadi mengalami kebakaran bersama para penumpangnya. Akhirnya ia tahu hikmah di balik keterlambatannya masuk pesawat.
Bertolak dari sini sudah sepantasnya kita berbaik sangka kepada Allah atas segala sesuatu yang menimpa kita. Di balik musibah yang menimpa kita, pasti terdapat hikmah yang sangat besar. Sekiranya kita memahaminya, tentu kita akan senantiasa bertahmid memuji Allah dalam setiap keadaan.