SARS-CoV-2 Kemungkinan Bertahan di Reservoir Tersembunyi, Picu Long Covid

Peneliti menduga SARS-CoV-2 bersembunyi di tubuh hingga memicu long Covid.

Pixabay
Ilustrasi Penyintas Covid-19. Studi terbaru mengungkap kemungkinan penyebab long Covid.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Long Covid adalah kondisi di mana gejala infeksi SARS-CoV-2 dirasakan secara berkepanjangan. Kondisi tersebut sudah diketahui sejak pandemi dimulai lebih dari dua tahun lalu.

Banyak dokter mulai melihat pasien melaporkan gejala kronis Covid-19. Sejak pertama kali diidentifikasi, para ilmuwan telah mempelajari tentang berapa lama infeksi SARS-CoV-2 memengaruhi tubuh dan mengapa itu bisa berkembang.

Hampir dua juta orang telah menderita Covid-19 di Inggris, menurut data Kantor Statistik Nasional (ONS) belum lama ini. Itu setara dengan hampir satu dari 35 orang dan jumlahnya diperkirakan terus bertambah seiring berlanjutnya pandemi.

Para ilmuwan terus mencari tahu untuk memahami proses di balik long Covid agar perawatan tepat dapat segera dikembangkan. Long Covid adalah kondisi kronis, tidak dapat diprediksi dengan gejala yang berubah dari hari ke hari, serta punya intensitas rendah ke intensitas tinggi.

Baca Juga


Para ilmuwan kini telah menemukan satu penyebab potensial di balik long Covid yang melibatkan usus. Studi tersebut menemukan pasien yang sudah pulih dari Covid-19 yang memiliki fragmen virus di tinjanya lebih mungkin mengalami gejala long Covid.

Lebih jauh, penulis penelitian mengatakan bahwa virus corona menginfeksi usus dan pada pasien long Covid, gangguannya akan berlanjut. Mereka meyakini SARS-CoV-2 bertahan dalam reservoir tersembunyi dan masuk ke seluruh tubuh.

Teori ini berpotensi menjelaskan alasan beberapa orang mengembangkan Covid-19 dalam waktu lama. Meskipun penelitian ini memberikan satu penyebab, ada beberapa peringatan soal ukuran sampel yang kecil (hanya 113 peserta) dan kurangnya studi tentang reservoir virus ini.

Dengan begitu, enelitian lebih lanjut dengan ukuran sampel lebih besar diperlukan untuk menarik kesimpulan yang pasti. Penulis studi Dr Ami Bhatt mengatakan bahwa tidak ada yang benar-benar tahu apa yang menyebabkan long Covid.

"Mungkin long Covid dan berbagai gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh respons sistem kekebalan terhadap protein virus di reservoir tersembunyi di seluruh tubuh," kata dr Bhatt, seperti dilansir Express.co.uk, Kamis (12/5/2022).

Potensi mengidap long Covid dan berbagai gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh respons sistem kekebalan terhadap protein virus di reservoir tersembunyi di seluruh tubuh. Long Covid dapat menyebabkan berbagai gejala berikut, meski tidak terbatas pada:

• Kesulitan pernapasan
• Dada sesak
• Nyeri dada
• Kabut otak
• Pusing
• Rasa nyeri seperti tertusuk
• Diare
• Kecemasan
• Ruam kulit

Salah satu tantangan long Covid adalah gejalanya bervariasi dari orang ke orang dan tidak dalam pola yang konsisten. Ini bukan pertama kalinya Covid-19 ditemukan memiliki dampak negatif jangka panjang pada tubuh.

Studi terbaru juga menemukan itu dapat meningkatkan risiko gagal jantung, serangan jantung, dan strok hingga lebih dari 50 persen. Akibatnya, para tenaga kesehatan menyerukan agar lebih banyak sumber daya untuk memperkuat sistem kesehatan sehingga dapat mengatasi jumlah pasien long Covid.

NHS berusaha mengurangi pasien yang diperburuk oleh pandemi. Selain mengatasi masalah kesehatan fisik akibat pandemi, NHS juga berupaya mengatasi masalah psikologis penyintas.

Setelah lockdown nasional terjadi peningkatan tajam dalam jumlah orang yang mengembangkan gangguan kesehatan mental. Begitulah tingkat krisis kesehatan mental yang digambarkan oleh para pemimpin NHS sebagai "pandemi kedua". Hal itu juga menambah lebih banyak tekanan pada sistem kesehatan yang pulih setelah dua tahun bertempur dengan Covid-19.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler