Kemenkes: Tujuh Kasus Kematian Hepatitis Akut pada Rentang Usia Bayi Hingga 10 Tahun
Hingga kini, total laporan, kasus dugaan hepatitis akut di Indonesia ada 18 kasus.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat tujuh kasus kematian terkait penularan hepatitis akut misterius di Indonesia. Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat sekaligus Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi menerangkan, dari tujuh kasus itu, kematian terjadi pada rentang usia bayi hingga umur 10 tahun.
"Tujuh orang (meninggal), (Usia) 2 bulan sampai 10 tahun," ungkap Nadia kepada Republika, Kamis (12/5/2022).
Dari jumlah kasus meninggal tersebut ,empat orang dari DKI Jakarta, Kalimantan Timur satu orang, Jawa Timur satu orang dan Sumatera Barat satu orang. Nadia memastikan, hingga kini, belum ada usia dewasa yang terpapar hepatitis akut. Namun, tak menutup kemungkinan usia dewasa juga dapat tertular.
Sebelumnya sempat tercatat ada dua kasus hepatitis akut pada pasien berusia di atas 20 tahun. Setelah diperiksa di laboratorium, para pasien bukan terjangkit hepatitis misterius yang dimaksud.
"Ada yang karena hasil pemeriksaan dia hepatitis A, B, DBD dan typoid, dua orang yang usia 20 tahun masuk kategori itu. Sehingga belum ada usia dewasa pada kasus yang dicurigai hepatitis akut di Indonesia ya," imbuhnya.
Hingga kini, total laporan, kasus dugaan hepatitis akut di Indonesia sudah menjadi 18 kasus. Sembilan diantaranya masih berstatus pending klasifikasi dan tujuh tidak masuk kriteria karena bukan hepatitis akut.
"Dan dua masih dalam pemeriksaan. Jadi itu semua data yang masuk secara nasional ya. Karena kita harus tetap hati-hati dalam melaporkan penyakit baru ya, karena belum tentu penyakit itu sesuai kriteria yang ditetapkan WHO," ujar Nadia.
Adapun gejala yang dialami sejumlah pasien, di antaranya mual, muntah, diare. Itu biasa disebut sebagai gejala awal yang kemudian disusul dengan gejala lanjutan, seperti air kencing berwana pekat menyerupai warna teh dan buang air besar berwarna pucat.
“Mual, muntah, diare, kuning, buang air kecil seperti (warna) air teh dan buang ari besar pucat,” beber Nadia.
Dokter spesialis anak konsultan di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, Eva J Soelaeman mengakui, penularan hepatitis akut misterius sangatlah cepat.
"Infeksi (hepatitis akut misterius) cepat sekali," ujar Eva saat mengisi konferensi virtual, Kamis.
Eva menjelaskan, ketika virus hepatitis akut misterius menular, membelah diri, tak lama kemudian kesadaran penderita menurun, dan akhirnya meninggal dunia. Padahal, dia melanjutkan, kasus hepatitis yang lain seperti hepatitis A dalam kurun waktu singkat bisa sembuh.
"Jadi, cepat sekali (penilarannya) dan kalau dicek laboratorium, SGPT dan SGOT itu sudah di atas 500," katanya.
Oleh karena itu, dirinya sebagai tenaga kesehatan terus menyosialisasikan kepada masyarakat agar jangan sampai penderita hepatitis akut misterius mengalami gejala lanjutan. Ia meminta keluarga atau orang tua supaya mengecek kelopak mata, warna air seni, dan BAB anaknya yang diduga menderita hepatitis akut misterius. Kemudian, segera berobat ke dokter supaya diperiksa fungsi hatinya.
"Untuk mencegah supaya hepatitis memburuk maka segera berobat ke dokter jika sudah mengalami mual, samping perut kanan atas sakit karena terjadi pembengkakan," ujarnya.