UEA Deteksi Kasus Pertama Cacar Monyet
UEA menjadi negara Teluk pertama yang mendeteksi cacar monyet.
REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Kementerian Kesehatan dan Pencegahan UEA (MoHAP) melaporkan kasus pertama cacar monyet, Selasa (24/5/2022). UEA menjadi negara Teluk pertama yang mendeteksi penyakit tersebut.
"Pasien tersebut adalah pengunjung berusia 29 tahun dari negara Afrika Barat dan dia menerima perawatan medis yang diperlukan di UEA," kata kantor berita resmi pemerintah dan dilansir dari Al Arabiya, Rabu (25/5/2022).
Spesialis penyakit dalam di NMC Royal Hospital Dubai Investment Park Karthikeyan Dakshinamurthy, mengatakan UEA telah melakukan dan mempersiapkan tindakan pencegahan, untuk mencegah lebih banyak kemungkinan kasus cacar monyet ditemukan.
“Penyakit cacar monyet adalah penyakit zoonosis virus yang terlihat di negara-negara Afrika tengah dan barat. Lonjakan kasus baru-baru ini di negara-negara non-Afrika menunjukkan ia memiliki ancaman global. Karena UEA adalah pusat perjalanan dengan banyak turis, kemungkinan mengimpor penyakit ini harus dipertimbangkan,” kata Dakshinamurthy.
Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi tubuh, cairan, pakaian atau tempat tidur yang terkontaminasi, dan droplet. "Meskipun tidak menular seperti infeksi virus lainnya, tingkat penularannya masih setinggi 30 persen," Dakshinamurthy memperingatkan.
Pemerintah UEA telah memulai program pengawasan dengan tes RT-PCR untuk kasus yang dicurigai, isolasi kasus yang dikonfirmasi dan pelacakan kontak. Karena hingga kini, belum ada obat antivirus khusus yang tersedia.
“Meskipun penyakit ini sembuh sendiri, komplikasi parah dapat terjadi pada 10 persen orang yang terinfeksi, terutama anak-anak. Jadi seperti yang selalu dikatakan, mencegah lebih baik daripada mengobati penyakit ini," kata dia.
Seorang spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Spesialis Kanada Dubai Mukesh Kumar Shewak Ram, mengatakan gejala cacar monyet biasanya berupa demam antara 38,5-40,5 derajat Celsius disertai menggigil, keringat basah kuyup, sakit kepala parah, sakit punggung, mialgia, malaise, anoreksia, faringitis, sesak napas, dan batuk.
Cacar monyet adalah penyakit virus yang ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus monkeypox yang termasuk dalam genus orthopoxvirus dari famili Poxviridae.
Kasus manusia pertama yang diketahui terjadi di Republik Demokratik Kongo pada 1970, ketika seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun menderita penyakit seperti cacar, yang akhirnya dikonfirmasi sebagai cacar monyet oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Cacar monyet terbatas pada hutan hujan Afrika tengah dan barat sampai 2003. Pada akhir musim semi 2003, banyak kasus diidentifikasi di Amerika Serikat bagian barat tengah.
Namun, dalam beberapa minggu terakhir hampir 20 negara di mana cacar monyet tidak endemik telah melaporkan wabah penyakit virus baru-baru ini, dengan lebih dari 230 infeksi yang dikonfirmasi atau diduga, sebagian besar di Eropa.
"Wabah di Afrika barat dan tengah telah dikaitkan dengan paparan tikus, kelinci, tupai, monyet, landak, dan rusa," kata Ram.
“Penduduk hutan hujan tropis terpencil dapat terinfeksi dari kontak langsung saat menangkap, menyembelih, dan/atau menyiapkan hewan ini untuk makanan; tertelan juga telah dikaitkan dengan infeksi. Konsumsi yang disebut 'daging semak' seperti itu sangat berbahaya karena dagingnya sering kurang matang," jelasnya.
Dia mengatakan penularan dapat terjadi dari kontak dengan hewan yang sakit atau reservoir hewan dari Afrika Barat misalnya, anjing padang rumput, kelinci, tikus, tupai, dormice, monyet, landak, rusa, atau menyiapkan atau menelan hewan yang terinfeksi.
Terakhir, penularan juga dapat terjadi dengan sentuhan langsung (skin-to-skin) atau kontak pernafasan dengan hewan atau orang yang terinfeksi dapat menularkan infeksi tersebut. Masa inkubasi rata-rata 12 hari, mulai dari empat hingga 20 hari.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan cacar monyet biasanya penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari dua hingga empat minggu. Namun, WHO menambahkan kasus yang parah dapat terjadi, dengan rasio kematian sekitar tiga hingga enam persen. Kementerian UEA menekankan otoritas kesehatan di negara itu mengambil semua tindakan yang diperlukan termasuk penyelidikan, pemeriksaan kontak, dan tindak lanjut.