Phapros Fokus Strategi Inovasi dan Digitalisasi pada 2022
Transformasi digital juga menjadi bagian dari strategi utama Phapros.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Emiten farmasi PT Phapros Tbk fokus mengembangkan strategi inovasi dan digitalisasi pada 2022 menyikapi kondisi makro ekonomi nasional serta global yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja korporasi.
"Tahun ini perusahaan akan berfokus pada strategi bertumbuh dan inovasi, khususnya pada pada penataan portofolio perusahaan, optimalisasi anak perusahaan serta penataan operasional pemasaran. Selain itu juga kami akan melakukan efisiensi produksi, penataan riset dan pengembangan produk, pengembangan bisnis, dan penguatan finansial perusahaan," kata Direktur Utama PT Phapros Tbk Hadi Kardoko lewat keterangan di Jakarta, Kamis (26/5/2022).
Hadi menyampaikan, transformasi digital juga menjadi bagian dari strategi utama perusahaan pada 2022 ini. Termasuk transformasi operasional dengan melakukan digitalisasi pada rantai pasokan dan proses produksi, serta mengoptimalkan penjualan melalui e-commerce.
Selama 2021 lalu, anak usaha PT Kimia Farma (Persero) Tbk itu berhasil membukukan kinerja finansial dan non finansial yang cukup baik. Perseroan berhasil meningkatkan penjualan bersih sebesar 7,23 persen pada 2021 dibanding 2020.
"Meski aset perseroan terdapat penurunan 4 persen dibandingkan tahun 2020, namun perusahaan juga berhasil meningkatkan rasio kas tahun 2021 sebesar 122 persen dibanding tahun sebelumnya. Ini mengindikasikan bahwa perseroan bertumbuh secara sehat dan memiliki kemampuan cukup baik untuk membayar kewajibannya," ujar Hadi.
Tahun lalu, Phapros juga telah meluncurkan lebih dari 10 produk baru pada kategori terapi untuk cardiovascular, ortopedi, suplemen kesehatan, gastrointestinal, neurotropic, oral corticosteroid. "Dengan semakin banyaknya kebutuhan masyarakat dan tenaga medis terhadap produk obat berkualitas, maka Phapros juga ikut berkontribusi dengan merilis produk terbaru berbasis riset dan penelitian," ujar Hadi.
Menurut Hadi, tahun ini kondisi makro ekonomi Indonesia serta sektor farmasi lebih baik dibanding tahun sebelumnya saat masih menghadapi pandemi. Pertumbuhan pasar farmasi 2022 diprediksi mencapai 10,2 persen, lebih tinggi dibanding 2021 yang hanya 9,4 persen. Pada 2023, diperkirakan sektor tersebut akan tumbuh mencapai 11,2 persen.