Ajak Sekutu Bantu Ukraina, Inggris: Barat tidak Aman Jika Rusia Menang

Inggris menyerukan sekutu untuk membantu Ukraina.

AP/Jessica Taylor/UK Parliament
Dalam foto yang dipasok oleh Parlemen Inggris, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss berbicara di House of Commons, London, Senin 28 Februari 2022, saat ia mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia. Truss menyerukan sekutu untuk tidak membiarkan Rusia menang di Ukraina.
Rep: Kamran Dikarma Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, PRAHA -- Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan, negara-negara Barat tidak akan merasa aman jika Rusia berhasil memenangkan pertempuran di Ukraina. Dia kembali menyerukan sekutu untuk membantu Kiev.

"Kita harus memastikan Ukraina memenangkan perjuangan besar untuk kebebasan ini," kata Truss dalam pidatonya saat mengunjungi Praha, Republik Ceska, Jumat (27/5/2022), dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.

Truss mengatakan, aksi Rusia di Ukraina tidak hanya berdampak pada rakyat di negara tersebut. Kebebasan, kedaulatan, dan supremasi hukum di negara-negara Barat juga terdampak.

"Jika dia (Presiden Rusia Vladimir Putin) berhasil di Ukraina, kita tidak akan pernah merasa aman lagi," ucap Truss.

Menurut Truss, dalam menghadapi situasi di Ukraina saat ini, pelunakan bukanlah solusi.

Baca Juga


"Kita harus merespons dengan kekuatan. Peredaan tidak bisa menjadi jawaban," ujarnya.

Saat ini, pasukan Rusia dilaporkan sudah menguasai hampir seluruh wilayah Luhansk di timur Ukraina. Jika kemajuan terus diraih pihak Moskow, Ukraina mungkin akan menarik seluruh pasukannya dari wilayah tersebut.

 

 

 

Sebelumnya, Pemerintah Rusia telah menyatakan, mereka siap melanjutkan pembicaraan dengan Ukraina. "Kami, di pihak kami, siap untuk melanjutkan dialog. Tetapi saya ingin menekankan bahwa bola pembicaraan damai lebih lanjut ada di pengadilan Ukraina. Pembekuan pembicaraan adalah inisiatif sepenuhnya Ukraina," kata asisten Vladimir Putin, Vladimir Medinsky, dalam wawancara dengan stasiun televisi Belarusia, ONT, 22 Mei lalu.

Medinsky menyatakan, Rusia tidak pernah menolak pembicaraan, termasuk di tingkat atas. "(Presiden) Vladimir Putin telah berulang kali menegaskan hal ini. Masalahnya adalah persiapan serius diperlukan untuk pertemuan tingkat tinggi, pertemuan antara presiden," ujar Medinsky.

Menurut Medinsky, dokumen harus dirancang untuk pertemuan semacam itu.

"Kepala negara harus bertemu untuk mencapai kesepakatan akhir dan menandatangani dokumen, tapi tidak untuk berfoto," ucapnya.

Medinsky mengungkapkan, sebulan lalu Rusia menyodorkan rancangan perjanjian kepada Ukraina. Sejumlah posisi utamanya telah disepakati.

"Kami ingin melanjutkan. Tapi sejak itu, kami tidak melihat ada niat untuk melanjutkan dialog di pihak Ukraina. Jadi negosiator kami mengambil jeda,” katanya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler