Longsoran Debu Membentuk Permukaan  di Mars

Debu sangat mempengaruhi fitur cuaca di Mars.

Mars
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, KALIFORNIA -- Salah satu fitur terbesar planet Mars yang memengaruhi cuaca adalah debu. Karena Mars lebih kecil dari Bumi, Mars memiliki gravitasi yang lebih rendah sekitar sepertiga dari kekuatan gravitasi di Bumi. 

Baca Juga


Mars juga memiliki atmosfer yang tipis, hanya satu persen dari kepadatan atmosfer di Bumi. Kedua faktor ini menyebabkan permukaan Mars mengalami perubahan suhu yang cepat dan angin kencang. 

Dilansir dari Slash Gear, Rabu (8/6/2022), ini berarti bahwa debu memiliki efek besar pada lingkungan Mars, yang parah seperti membawa musim dingin berakhir lebih awal dalam beberapa kasus. Namun ternyata debu tidak hanya membentuk cuaca di Mars, tetapi juga membentuk permukaan Mars.

Sebuah studi baru-baru ini, yang diterbitkan dalam Journal of Geophysical Research:Planets telah menemukan bahwa longsoran debu aneh dapat dikaitkan dengan misteri tentang embun beku di Mars.

Studi ini menggunakan data dari misi Mars Odyssey, pengorbit yang diluncurkan pada 2001 ketika mengambil gambar permukaan Mars. Pengorbit memiliki tiga instrumen sains, termasuk instrumen untuk mengukur radiasi, spektrometer, dan imager. 

Pencitra ini dapat melihat dalam cahaya tampak dan panjang gelombang inframerah, dan menggunakan keduanya untuk menggambarkan permukaan. Di situlah teka-teki itu dimulai.

Embun beku tak terlihat

Gambar yang diambil oleh instrumen cahaya tampak Odyssey menunjukkan embun beku di lereng di permukaan Mars, yang tampak sebagai garis-garis biru. Kehadiran es itu sendiri masuk akal. Saat matahari terbenam di Mars, suhu di sana menjadi sangat dingin, dengan suhu permukaan turun hingga minus 200 derajat Fahrenheit. Dingin ini membuat sejumlah karbon dioksida, yang berlimpah di atmosfer Mars, membeku menjadi es kering.

Namun, ketika para peneliti membandingkan gambar yang diambil dalam inframerah, mereka melihat lebih banyak es ini menyebar di area yang lebih luas. Gambar inframerah dapat menunjukkan panas, karena benda panas mengeluarkan energi inframerah.

Itu berarti bahwa instrumen inframerah yang lebih sedikit yang dilepaskan. Dalam gambar yang diambil dari lereng Mars yang sama dalam inframerah, para peneliti melihat bercak-bercak dingin yang menyebar di luar bercak-bercak es yang mereka lihat dalam gambar cahaya tampak.

 

Awalnya, mereka mengira ini mungkin berarti ada es tepat di bawah permukaan. "Pikiran pertama kami adalah es bisa terkubur di sana," kata Lucas Lange, ilmuwan magang di Jet Propulsion Laboratory NASA yang mengerjakan penelitian tersebut.

Namun, penjelasan itu tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui tentang lingkungan yang mereka lihat. "Es kering berlimpah di dekat kutub Mars, tapi kami melihat lebih dekat ke ekuator planet, di mana umumnya terlalu hangat untuk membentuk es kering," kata Lange.

Memecahkan misteri

Para peneliti memutuskan bahwa debu pasti bercampur dengan embun beku, menciptakan “embun beku kotor” yang tidak mungkin dilihat dalam panjang gelombang cahaya tampak tetapi masih dapat dilihat dalam inframerah. Ini adalah proses di Mars yang tidak seperti apa pun di Bumi, menurut salah satu penulis makalah, Chris Edwards dari Northern Arizona University.

“Setiap kali kami mengirim misi ke Mars, kami menemukan proses baru yang eksotis,” kata Edwards. 

Studi baru menemukan bahwa ketika matahari terbit di Mars, es kering mencair sangat cepat karena atmosfernya sangat tipis. Es menyublim, yang menciptakan angin. Angin ini terkadang cukup kuat untuk mulai meniupkan debu di permukaan.

Pada lereng yang curam, hal ini dapat menyebabkan longsoran debu. Kehadiran es kering di dekat permukaan membantu menciptakan longsoran debu ini, yang menciptakan garis-garis gelap mencolok yang terlihat dari orbit.

Embun beku yang kotor ini juga dapat menjelaskan beberapa fitur dramatis dari permukaan Mars. Di beberapa lereng di Mars, Anda dapat melihat garis-garis gelap yang disebut garis-garis lereng yang dapat membentang sepanjang 3.300 kaki.

Para peneliti menduga bahwa garis-garis ini disebabkan oleh longsoran debu, saat debu bergerak menuruni lereng dan mengekspos batu berwarna lebih gelap di bawahnya. Jadi interaksi antara debu dan es membentuk kembali lanskap Mars dengan cara yang belum pernah kita lihat sebelumnya di planet kita sendiri.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler