Kolera Ancam Bunuh Warga Mariupol Ukraina

Sumur di Mariupol Ukraina telah terkontaminasi oleh jasad korban perang

AP Photo/Alexei Alexandrov
Rumah-rumah pribadi yang rusak berat terlihat di pantai Laut Azov di Mariupol, di wilayah di bawah pemerintahan Republik Rakyat Donetsk, Ukraina timur, Sabtu, 21 Mei 2022.
Rep: Fergi Nadira Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Wali Kota Mariupol Vadym Boichenko memperingatkan bahwa kolera dan penyakit mematikan lainnya bisa saja membunuh ribuan orang di kota Ukraina bagian selatan itu. Dokter memperkirakan ribuan orang di kota dapat terimbas infeksi kolera.

Baca Juga


Boichenko mengatakan, sumur telah terkontaminasi oleh jasad orang-orang yang terbunuh selama berminggu-minggu pengeboman dan pengepungan Rusia. Menurutnya, pengumpulan jasad oleh penjajah Rusia di kota itu berjalan lambat.

"Ada wabah disentri dan kolera. Sayangnya, ini penilaian dokter kami: bahwa perang yang memakan lebih dari 20 ribu penduduk dan sayangnya, dengan wabah infeksi ini, akan merenggut ribuan orang Mariupol lagi," katanya kepada televisi nasional.

Boichenko mengatakan kota itu telah dikarantina. Pemerintah Ukraina mengatakan sekitar 100 ribu orang kini berada di Mariupol. Sebelum perang, kota itu memiliki populasi sekitar 430 ribu dan kini menjadi gurun perkotaan.

Boichenko mengatakan penduduk terpaksa minum air dari sumur karena kota itu tidak memiliki air yang mengalir atau sistem saluran pembuangan yang berfungsi. Ia mendesak PBB dan Komite Internasional Palang Merah untuk bekerja membangun koridor kemanusiaan untuk membantu penduduk meninggalkan kota, yang menurut pejabat Ukraina masih kekurangan pasokan air, listrik dan gas terpusat.

Bulan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan tentang kemungkinan wabah kolera di Mariupol. Sementara itu, Kementerian pertahanan Inggris mengatakan memang ada risiko wabah kolera besar di Mariupol karena layanan medis mungkin hampir runtuh.

Rusia dikatakan tengah berjuang untuk menyediakan layanan publik dasar bagi penduduk di wilayah yang diduduki. Rusia tidak segera mengomentari pernyataan Boichenko atau kementerian pertahanan Inggris.

Moskow mengatakan operasi militer khusus dimaksudkan untuk melucuti senjata dan mendenazifikasi Ukraina. Sementara, Kiev dan sekutunya menyebutnya sebagai perang agresi yang tidak beralasan untuk merebut wilayah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler